NADA Injil hari ini (Lukas 19:41-44) amat dramatis. Memandang kota Yerusalem yang segera dimasuki-Nya, Yesus menangis. Mengapa Dia menangis? Apakah karena Dia melihat penderitaan dan kematian-Nya yang segera terjadi di sana? Sama sekali tidak.
Minimal ada tiga alasan pokok yang membuat Yesus menangis.
Pertama, Yesus sungguh menghendaki agar ada rasa damai bagi kota Yerusalem. Namun kota itu tidak mengetahuinya, karena hal itu tersembunyi baginya (Lukas 19:42). Alasan pertama Yesus menangis adalah damai.
Yerusalem (kota damai) dibangun di atas gunung, berkubu, dan lengkap dengan fasilitasnya. Itu mestinya menjadi kota damai yang bebas dari gangguan musuh. Namun, hingga kini menjadi kota pertentangan dan permusuhan, terutama antara orang Palestina dan Yahudi.
Kedua, karena kota itu tidak mengetahui tentang nasib yang akan menimpanya (Lukas 19:43). Yesus sebagai Tuhan dapat melihat apa yang akan terjadi pada masa depan. Dalam hal ini kehancuran Yerusalem (Lukas 21:20-24). Manusia amat sedih menyaksikan kematian manusia tidak berdosa dan hancurnya gedung-gedung indah. Berapa juta manusia mati akibat konflik dan perang?
Ketiga, Yesus menangis karena kasih-Nya yang tidak terhingga kepada penduduk Yerusalem (Lukas 19:44). Pusat perhatian-Nya adalah manusia. Bagai seorang ayah yang mengasihi anak-anaknya (Mazmur 103:13), demikian pula Tuhan Yesus mengungkapkan kasih-Nya akan penduduk Yerusalem.
Tuhan Yesus, wujud kasih paling agung dari Allah atas manusia menghendaki agar manusia mengalami damai. Misi utama kehadiran-Nya di dunia adalah mendamaikan manusia dengan Allah. Betapa pentingnya berdamai dengan Allah (2 Korintus 5:11-21).
Damai dengan Allah itu menjadi dasar damai bagi diri sendiri dan dengan sesamanya. Tanpa berdamai dengan Allah, Sang Sumber Damai, sulit bagi manusia menciptakan dan mengalami damai yang sejati.
Namun, manusia lebih suka membangun kota damainya sendiri yang terpisah dari Allah. Mereka menolak utusan Tuhan yang membawa damai. Karena itu, Yerusalem (kota damai) itu tidak mampu membawa damai.
Bukankah karena itu hingga kini menjadi kota yang paling sering menjadi sumber konflik?
Kamis, 23 November 2023
Alherwanta O.Carm.
mengapa tuhan bisa menangis, seolah tak berdaya mengubah keadaan.
mengapa tuhan bisa mengisi, seolah tak mampu mengubah keadaan.