Senin, 5 Oktober 2015
Yun 1:1-17;2:10; MT Yun 2:2-4.7; Luk 10:25-37
Kata orang itu (kepada Yesus), “Dan siapakah sesamaku manusia?”
ATAS pertanyaan seseorang kepada Yesus, “Siapakah sesamaku manusia?” Yesus memberikan jawaban dengan mengisahkan seorang Samaria yang baik hati, yang menolong seorang Yahudi yang dirampok dan dipukuli serta ditinggalkan dalam keadaan sekarat.
Apa yang dapat kita petik sebagai pelajaran dari kisah itu? Yesus menyampaikan kisah dramatis itu untuk mengajak yang penanya dan tentu kita semua mewujudkan perintah utama yakni kasih kepada Allah dan kepada sesama dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hukum kasih itu amat sederhana. Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Siapakah sesama kita? Dia adalah orang yang tidak hanya bagian dari kita, yang sekelompok dengan kita, tetapi justru orang lain yang berbeda dari kita.
Yesus Kristus hendak mengajarkan kepada kita bahwa kasih kita kepada sesama harus seluas dan seinklusif seperti kasih Allah sendiri. Kasih yang tidak diskriminatif. Allah tidak pernah mengecualikan siapa pun untuk dikasihi, diperhatikan dan dipedulikan. Kita pun harus siap melakukan hal yang baik kepada siapa pun juga demi kepentingan mereka, sama seperti Allah telah melakukannya bagi kita.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kita menyembah Yesus Kristus yang dengan rela telah mengalami penderitaan kita dan memulihkan hidup kita seutuhnya agar kita bahagia. Ia dengan rela menderita bagi kita untuk membawa kita pada sumber penyembuhan dan kemerdekaan sejati dari dosa dan penindasan.
Tuhan Yesus Kristus, semoga kasih-Mu selalu menjadi dasar hidup kami. Bebaskan kami dari ketakutan dan cinta diri hingga kami dengan merdeka mampu memberikan diri kami dalam kasih pelayanan kepada sesama. others, even to the point of laying our lives down for their sake now and forever. Amen.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
