BERIKUT ini kami sampaikan sedikit riwayat hidup kedua neomis (imam tahbisan baru) yang baru saja menerima tahbisan imamatnya di Gereja St. Mikhael – Paroki Simpang Dua, Keuskupan Ketapang, Provinsi Kalbar. Kedua neomis itu adalah dua pemuda asli Dayak dari tlatah Keuskupan Ketapang.
Mereka itu bernama Romo Hendrikus Yusri Basri Rius Pr dan Romo Fransiscus Suandi Pr.
Dalam homilinya saat berlangsung misa tahbisan kedua neomis baru itu, Bapak Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi Pr menjelaskan bahwa perjalanan panjang melakoni sejarah panggilan menjadi imam itu terjadi karena pertemuan dengan ‘orang-orang baik’. Mereka itu adalah anggota keluarga, para formator, dan umat katolik yang mendukung panggilan mereka.
“Mereka itu telah menjadi jalan bagi perjalanan panjang kedua calon imam ini. Maka jadilah imam yang setia melayani dengan rendah hati agar menjadi berkat bagi sesama, seperti motto yg telah kalian pilih: dengan rendah hati melayani Tuhan,” kata Bapak Uskup sesaat sebelum berkenan menahbiskan kedua diakon itu menjadi imam.
Baca juga:
- Dua Pemuda Dayak Ditahbiskan Imam Praja Keuskupan Ketapang di Paroki Simpang Dua (1)
- 29 Juni 2017: Tahbisan Dua Imam Praja Keuskupan Ketapang di Gereja St. Mikhael– Paroki Simpang Dua
Profil Romo Hendrikus Yusri Basri Rius Pr
Romo Hendrikus Yusri Basri Rius Pr lahir dari pasangan orangtua bernama Markus Lukher dan Ny. Teresia Tende yang keduanya sudah meninggal dunia. Ia lahir di Langkar tangga 18 Maret 1983 dan merupakan anak ketiga dari tiga orang bersaudara yang semuanya laki-laki.
Menempuh pendidikan dasar di SDN O8 Langkar dan kemudian sekolah menengah pertama di SMPN 01 Balai Berkuak, Romo Basri akhirnya menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Pangudi Luhur St. Yohanes Ketapang.
Lulus SMA, ia melanjutkan studi ke jenjang calon imam sebagai seminaris di KPA (Kelas Persiapan Atas) Seminari Menengah St. Laurensius di Payak Kumang Ketapang. Selanjutnya, ia menjalani pembinaan rohani di Seminari Tahun Orientasi Rohani di Beato Giovanni XXIII Malang dan kemudian di Seminari Tinggi Interdiosesan Beato Giovanni XXIII Malang sembari kuliahnya S1 di STFT Widya Sasana Malang.
Sewaktu masih frater, Romo Basri Pr menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Gereja St. Maria Ratu Pencinta Damai – Paroki Air Upas, Keuskupan Ketapang. Berikutnya, ia melanjutkan studi di Seminari Tinggi Antonino Ventimiglia, Pontianak dan kuliah paska sarjana di STT Pastor Bonus Pontianak. Ia lalu menjalani tahun pastoral diakonat di Gereja St. Gemma Galgani – Paroki Katedral Ketapang.
Saat ditahbiskan imam pekan ini, Romo Basri mengadopsi motto tahbisan yang berbunyi: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh. 3:30).
Sosok Romo Fransiscus Suandi Pr
Ia biasa dipanggil dengan sebutan Romo Frans.
Romo Frans Suandi Pr ini lahir dari pasangan orangtua bernama Martinus Gair dan Ny. Yustina yang sudah almarhumah. Ia lahir di Karangan tanggal 5 Desember 1989 dan merupakan anak ketiga dari enam orang bersaudara terdiri dari dua lelaki dan empat perempuan.
Romo Frans menampatkan pendidikan prasekolah di TK Susteran OSA Tanjung, lalu di SDN O5 Tanjung, dan kemudian SMP Pangudi Luhur Tanjung. Berikutnya, ia melanjutkan pendidikan sekolah menengah atasnya di SMA Pangudi Luhur St. Yohanes di Ketapang.
Selepas SMA, Romo Frans masuk seminari dan menjalani pendidikan awal di KPA (Kelas Persiapan Atas) di Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang, berikutnya TOR (Tahun Orientasi Rohani) Beato Giovanni XXIII Malang dan kemudian Seminari Tinggi Interdiosesan Beato Giovanni Malang dan berkuliah di STFT Widya Sasana Malang.
Tahun Orientasi Pastoralnya (TOP) ia jalani di Gereja St. Gemma Galgani – Paroki Katedral Ketapang dan kemudian melanjutkan studi di Seminari Tinggi Antonino Ventimiglia Pontianak, kuliah pasca sarjana di STT Pastor Bonus Pontianak.
Saat masih frater, Romo Frans Pr menjalani tahun pastoral diakonat di Gereja St. Immanuel – Paroki Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Ia mengadopsi motto tahbisan yang berbunyi: “Dengan segala rendah hati. aku melayani Tuhan.” (Kis 20:19)