Rabu, 21 Februari 2022
- Sir 2:1-11;
- Mzm. 37:3-4,18-19,27-28,39-40;
- Mrk. 9:30-37.
SEMUA orang pasti pernah melakukan sebuah kesalahan, baik pada diri sendiri maupun orang lain, baik kesalahan besar atau pun kecil. Namun, sifat gengsi dan takut terkadang menghantui tatkala ingin mengakui kesalahan tersebut.
Merenung, berdoa dan memohon ampun pada Tuhan adalah cara mengakui yang paling utama. Di samping mengakui kesalahan pada orang lain yang pernah dikecewakan, juga mohon ampun pada Tuhan yang telah kita tinggalkan kehendak-Nya.
Jangan malu mengakui kesalahan. Kejujuran merupakan ciri seorang pengikut Yesus yang dapat dipercaya.
Selain itu, kita dipanggial untuk merendahkan diri dan melayani siapa saja, bahkan anak kecil yang kelihatan tidak berdaya.
“Penyesalan itu selalu datang terlambat,” kata seorang ibu. “Saya tidak penah menyangka hidupku akan seperti ini,” sambungnya.
“Setelah ditinggal suami, saya merasa hampa dan tidak tahu harus berjalan bagaimana,” ujarnya.
“Anak-anakku sibuk kuliah dan tinggal di kota lain,” paparnya. “Kondisi ini, yang membuatku sepi dan tidak tahu harus mengisi waktu dengan apa, hingga aku bertemu dengan seorang pria,” lanjutnya.
“Hubungan kami, menjadi serius, meski anak-anak kami menentannya dan orang-orang terdekat melarangnya, saya tidak peduli,” sambungnya.
“Hingga akhirnya kami menikah, pada awalnya semuanya berjalan baik dan dia bekerja di luar kota,” jelasnya.
“Namun semuanya menjadi kacau ketika borok yang dia sembunyikan terkuak,” katanya. “Ternyata suamiku, sudah punya isteri dan anak di luar kota, selama ini dia tidak bekerja nanun kembali ke rumahnya,” lanjutnya.
“Dia bohong dengan gaji yang tidak pernah dia terima karena pernah ada masalah di kantor hingga dia harua membayar kerugian dengan dipotong gajinya,” ujarnya.
“Nafsu telah membutakan mata hatiku, membutakan hati nuraniku,” tegasnya.
“Anakku dan orang-orang terdekat telah memberitahukan banyak peringatan dan nasihat namun aku tuli dan buta karena nafsu,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?” Tetapi mereka diam saja; sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.”
Mengikuti Yesus tidak mungkin tanpa penderitaan. Penderitaan sebagai harga sebuah kemuridan. Harga kemuridan dengan mau menderita untuk melawan nafsu serakah dan kuasa yang membutakan hati nurani. Jika kita tidak tahan hidup dalam penderitaan dan kesunyian kita akan mudah terombang ambing oleh nafsu duniawi.
Hari ini kita diingatkan tentang menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik itu tahu diri dan bisa membawa kesegaran baru. Jangan hanya mau menjadi yang terdahulu dengan status dan kuasa berkecamuk dalam hati. Nafsu serakah dan kuasa menjadi simbol dari keegoisan manusia. Keegoisan membuat hati nurani kita menjadi tumpul, dan gelap mata.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menjalani hidup ini dalam langkah yang penuh kesadaran atau aku hanya dikendalikan oleh nafsu?