Rabu, 23 Maret 2022
- Ul. 4:1.5-9.
- Mzm: 114:12-13.15-16.19-20.
- Mat. 5:17-19.
TIDAK kurang aturan dalam hidup bersama kita. Namun, kita sungguh prihatin, bahwa ketertiban umum masih sangat jauh dari kata memuaskan.
Hal yang paling penting bukanlah adanya hukum dan mengetahui seluruh detil hukum, tetapi menjadikan hukum itu prinsip dalam tindak tanduk kehidupan sehari-hari.
Yang bisa mengubah sikap dan karakter hidup kita bukan semata-mata pengetahuan, namun komitmen dalam menjalankan hukum.
“Maaf Pak, formulir pendaftarannya sudah habis,” kata seorang petugas.
“Loh, di jadwal ini pendaftaran di buka pukul 08.00 WIB, mosok hanya dalam waktu 45 menit sudah habis,” kata seorang bapak.
“Karena satu hari hanya melayani 150 orang pak, jadi banyak orang yang sudah antri sebelum pukul 08.00 WIB,” jawab petugas itu.
“Tetapi jika mau menunggu sebentar saja nanti bisa kita dibantu,” lanjutnya.
“Tanpa formulir pendaftaran?” sahut bapak itu.
“Iya, nanti lewat orang dalam,” jawabnya pelan.
“Kalau mau lewat jalur biasa ya silahkan datang besok lebih pagi lagi,” lanjutnya.
“Terimakasih, saya urus besok pagi saja,” sahut bapak itu.
“Rasanya sedih mendapat perlakuan orang yang terang-terangan melanggar aturan tanpa rasa malu,” keluh bapak itu,
“Pelayanan untuk orang banyak malah dimanipulasi untuk mencari keuntungan diri sendiri,” lanjutnya.
“Hukum tidak ada tajinya bagi orang yang curang dan penipu,” katanya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Karena itu, siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan SUrga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan SUrga.”
Dalam banyak kasus kita ini terlalu banyak kemunafikan seperti orang Farisi.
Aturan dan hukum hanya kita cari kelemahannya untuk dilanggar, dan untuk kita gunakan sebagai sarana mencari keuntungan diri sendiri dan tanpa peduli arah dan tujuan diadakannya aturan.
Dalam banyak kasus kehidupan keagamaan dan juga beriman seseorang tidak cukup untuk membuat kita menjadi pribadi yang taat dan berkomitmen.
Yesus mengingatkan pada kita pentingnya menjadi pelaksana hukum. Kita patut bersyukur sebab iman sejati kepada Yesus Kristus telah mengubah hidup kita: makin melekat pada-Nya.
Di dalam Yesus Kristus, kita beroleh buah-buah Roh yang melengkapi diri kita sebagai pribadi yang telah disapa dan diubah oleh-Nya, hingga kita tidak hanya pandai bicara soal aturan dan norma hidup. Namun, menjadi pribadi yang menjalankan apa yang sepantasnya kita lakukan demi kebaikan hidup bersama kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menjadi pelaksana hukum?