Home BERITA Mengharap Wahyu

Mengharap Wahyu

0

Kamis, 20 April 2023

  • Kis. 5:27-33.
  • Mzm. 34:2,9,17-18,19-20.
  • Yoh. 3:31-36.

Masyarakat Indonesia sangat antusias menantikan Pilpres 2024.

Walau masih dua tahun lagi, namun hiruk pikuk soal Capres sudah ribut, bahkan sudah banyak tokoh yang digadang-gadang menjadi calon presiden.

Sejumlah lembaga survei secara rutin mengeluarkan hasil surveinya, yang menambah riuh situasi saat ini.

Bahkan sejumlah indigo, peramal hingga ahli spirtual berlomba-lomba menerawang sosok presiden 2024, pengganti Jokowi.

Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa presiden harus lebih dahulu menerima wahyu keprabon atau pulung.

Jika tak menerima pulung atau wahyu, maka tidak bisa menjadi pemimpin atau presiden meski betapa inginnya.

Dalam falsafah Jawa wahyu adalah wujud kelimpahan rahmat dan pencerahan Tuhan kepada seseorang.

Wahyu juga sebagai tanda seseorang bakal menjadi lebih baik, sukses dan masyur.

Jika seseorang tidak ketiban wahyu, sehebat apa pun dia ditengah jalan tidak bisa mempertahankan reputasi kebaikannya dan akhirnya runtuh.

Sebagai pengikut Kristus kita menerima wahyu ilahi, dalam pembaptisan, sebagai imam, raja dan nabi.

Wahyu ini bukan untuk menguasai sesama namun untuk melayani sesama seperti Tuhan Yesus.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.

Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu.

Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar.”

Tanggapan dan usaha kita untuk memahami, menerima dan mengerti wahyu Allah disebut iman.

Iman adalah salah satu buah Roh yang Yesus janjikan sebelum Ia kembali kepada Bapa.

Iman itu tidak sekedar diucapkan. Dengan bimbingan Roh, iman itu kita pratekan dalam kehidupan sehari-hari hingga mewarnai pikiran, tutur kata dan perbuatan kita.

Hal tersebut selalu kita rasakan saat mengalami suka dan duka dalam kehidupan ini.

Salomo yang telah menerima wahyu kebijaksanaan meminta kepada umat Israel untuk mengingat penyertaan Tuhan kepada nenek moyang mereka, untuk mengingat kesetiaan Tuhan sebagai bagian untuk tetap percaya kepada Tuhan.

Panggilan kita adalah menumbuhkan iman sehingga perwahyuan Allah itu menuntun kita kepada hidup yang benar.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku setia menghidupi martabat pembaptisanku sebagai imam, raja dan nabi?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version