Renungan Harian
Sabtu, 01 Mei 2021
Bacaan I: Kis. 13: 44-52
Injil: Yoh. 14: 7-14
BEBERAPA hari ini viral berita di media sosial tentang seorang ibu rumah tangga yang karena iri terhadap tetangganya yang secara ekonomi lebih baik, lalu mengunggah video yang menyatakan bahwa tetangganya menjalani ritual pesugihan babi ngepet.
Dalam potongan video, ibu itu mengatakan:
“Dari kemarin saya sudah pantau, Pak, orang ini. Ini dia berumah tangga, dia nganggur tapi uangnya banyak. Saya sudah lewat rumahnya, udah saya lemparin sesuatu di depan rumah biar ketahuan.”
Unggahan video ini menyebabkan banyak warga mendatangi rumah ibu itu dan kemudian ibu membuat klarifikasi permohonan maaf atas tuduhan kepada tetangganya.
Namun warga di kampung itu geram dengan perilaku ibu itu dan mengusir ibu itu keluar dari kampung itu.
Akhirnya ibu itu harus menerima kenyataan harus pindah dari rumahnya.
Kejadian seperti di atas sering muncul di media sosial. Orang mengunggah video yang berisi tuduhan dan hasutan kepada seseorang atau kelompok tertentu.
Motivasi mengunggah video seperti itu kemudian diketahui, karena iri hati. Tidak jarang bahwa banyak orang yang termakan oleh hasutan itu sehingga orang yang tidak bersalah menjadi korban.
Dalam peristiwa sehari-hari, tidak jarang dari mulutku keluar hasutan-hasutan yang bersumber dari iri hati.
Mungkin sudah ada atau banyak yang menjadi korban dari hasutan-hasutan yang keluar dari mulutku.
Apalagi di zaman media sosial sekarang ini, betapa mudah untuk membuat hasutan-hasutan dan tuduhan-tuduhan terhadap orang lain.
Sebagaimana dialami oleh Paulus dan Barnabas sejauh diwartakan dalam Kisah Para Rasul, karena iri hati beberapa orang Yahudi dan hasutan-hasutannya kepada perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah dan pembesar-pembesar di Antiokhia, menimbulkan penganiayaan dan pengusiran.
“Begitulah mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas, dan mengusir mereka dari daerah itu.”
Bagaimana dengan aku?
Apakah yang keluar dari mulutku adalah hasutan atau pencerahan?