MANUSIA itu citra Allah (Kejadian 1:26). Karena Allah itu baik, manusia pada dasarnya juga baik. Dia mampu menginginkan yang baik. Inilah yang mendasari ajaran tentang kasih.
Dalam Injil hari ini, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus tentang hukum yang terbesar (Matius 22:36).
Yesus menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37-39).
Mengasihi, di sini, berarti agape atau menghendaki segala yang baik terjadi bagi orang lain. Kasih seutuhnya kepada Allah diwujudkan dalam kasih kepada sesama (1 Yohanes 4:20).
Sebagaimana setiap orang menghendaki yang baik terjadi atas dirinya, demikian pula hendaknya setiap orang menghendaki yang baik atas sesamanya.
Bukankah tidak ada orang yang membenci dirinya sendiri (Efesus 5:29)?
Melaksanakan dua perintah di atas secara baik dan benar berarti mewujudkan semua hukum yang lain. Karena, yang menghendaki hal baik terjadi atas sesamanya tidak akan melanggar sepuluh perintah Allah (Matius 19:18-19).
“Cintailah dan berbuatlah apa yang kaukehendaki.”
Itulah inti ajaran moral dari Santo Agustinus. Hendaknya orang mencintai Allah dan sesama di atas cinta akan hal-hal yang lain.
Orang yang sungguh mencintai tidak akan mencuri. Mengapa? Karena mencuri berarti mencintai barang lebih tinggi daripada mencintai sesama, pemilik barang yang dicurinya itu.
Sabda Tuhan hari ini menegaskan ajaran yang bersifat universal. Hampir semua agama yang benar mengajarkan hal ini.
Semua orang diajar untuk menghendaki yang baik bagi diri dan sesamanya.
Jumat, 25 Agustus 2023
.