Senin, 15 Juli 2024
Yes 1:11-17;
Mzm 50:-9.16bc-17.21.23;
Mat 10:34 11:1
KESETIAAN dan loyalitas merupakan sikap yang mulia, perwujudan dari pribadi hebat dan bisa dipercaya. Menjaga sebuah kesetiaan butuh usaha yang tak main-main.
Kesetiaan dan loyalitas mudah untuk diterima, tetapi tidak mudah dipraktikkan. Untuk mengetahui setia tidaknya seseorang, perlu pengujian dan pembuktian langsung.
Perlu pembuktian dengan tindakan dan sikap yang nyata untuk menguji sebuah kesetiaan. Hal tersebut tentunya sebagai penguat ucapan agar tak hanya manis di mulut belaka.
“Saya tidak punya banyak hal dan tidak pandai, namun yang bisa saya lakukan untuk Gereja saya lakukan,” kata seorang ibu.
“Salah satu kesukaan saya adalah merangkai bunga, dan berbersih lingkungan gereja. Saya lakukan ini, semata sebagai ungkapan syukur saya atas kebaikan Tuhan yang dianugerahkan kepadaku dan juga keluargaku.
Kini setelah suamiku meninggal dan anak-anak tinggal di luar kota, saya punya waktu yang sangat cukup untuk bersyukur atas imanku dengan ikut menjaga keindahan dan kebaikan Gereja,” ujar ibu itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”
Siapa saja yang memilih mengikut Yesus harus bersedia menanggung segala konsekuensi atau risiko yang akan dihadapi dalam perjalanan mengikut Tuhan Yesus. Ia harus berani kehilangan segala kesenangan hidup atau kesukaan duniawi bila ia bersedia mengikut Kristus.
Hal itu berarti, mengikut Kristus harus sepenuh hati, total; sekali lagi, tidak bisa setengah-setengah. Siapa saja yang tidak bersungguh-sungguh dalam mengikut Kristus, ia tidak layak bagi-Nya.
Yesus tidak menginginkan pengikut-Nya yang setengah-setengah. Dia memanggil kita untuk memberikan segala-galanya kepada-Nya, memprioritaskan-Nya di atas segala sesuatu, termasuk hubungan manusiawi yang terdekat sekalipun. Ini bukanlah panggilan untuk diambil enteng, tetapi untuk dijalani dengan tekad dan keberanian.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah yang menjadi penghalang hatiku untuk mengikuti Tuhan sepenuh hati?