Home BERITA Mengurangi Keterikatan pada Kekayaan

Mengurangi Keterikatan pada Kekayaan

0
Ilustrasi: Menolong orang sekarat. (Ist)

Selasa 20 Agustus 2024.

Yeh. 28:1-10;
MT Ul. 32:26-27ab.27cd-28.30.35cd-36ab;
Mat. 19:23-30

PERJALANAN kita dalam meniti tangga kehidupan memang tidaklah mudah. Permasalahan itu bukan hanya tentang bagaimana cara kita bertahan hidup, namun juga menikmati hidup yang dijalani.

Apalagi, jika kita dihadapkan pada aneka tawaran kenikmatan duniawi dengan berbagai porsi yang menggiurkan dan memanjakan mata.

Jabatan, pangkat, uang, dan berbagai corak harta kekayaan, acapkali membuat kita lupa diri sebagai insan beriman, pengikut Kristus yang semestinya mengadopsi cara hidup Yesus yang rendah hati, sederhana, ugahari, dan penuh cinta kasih.

Berhadapan dengan pilihan dilematis tersebut, seharusnya membuat kita lebih bijaksana.

“Saya baru aktif dalam pelayanan ini kurang lebih tujuh tahun,” kata seorang bapak.

“Awalnya aku ikut pelayanan karena anak buahku di kantor memintaku menyerahkan bantuan kepada anak yatim piatu di sebuah panti asuhan.

Sepulang dari tempat itu, pikiranku sering terganggu oleh wajah-wajah anak-anak yatim itu, yang sungguh merindukan belas kasih dan perhatian.

Di tambah suatu hari ketika ke gereja, saya mendengar kotbah pastor tentang ajaran Yesus yang menekankan tentang mengasihi sesama, berbagi, dan hidup dalam kebenaran.

Kotbah itu menyentak hatiku dan mendorongku. Jika aku ingin benar-benar mengikuti Yesus, aku perlu membuat perubahan besar dalam hidupku.

Aku harus menyederhanakan gaya hidupku, mengurangi keterikatan pada kekayaan, dan lebih banyak melibatkan diri dalam pelayanan serta berani berkurban untuk sesama secara material.

Harta yang selama ini memberiku kepuasan dan rasa aman malah menjadi penghalang bagi komitmenku untuk mengikuti Yesus secara penuh.

Saya merasa terjebak antara kesenangan duniawi dan panggilan spiritual yang saya rasakan dalam hatiku,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Yesus mengajarkan kita bahwa memasuki Kerajaan Surga bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi tentang seberapa dalam kita mengandalkan Tuhan dan siap untuk mengikuti-Nya dengan sepenuh hati.

Tantangan kekayaan dan pengorbanan yang kita hadapi harus dilihat dalam konteks iman kita kepada Tuhan, yang mampu melakukan segala sesuatu.

Sebagai pengikut Kristus, kita harus berani mengevaluasi perjalanan hidup kita apakah kita benar-benar mengandalkan Tuhan dalam hidup kita atau apakah ada hal-hal duniawi yang menjadi penghalang.

Pengorbanan dan ketergantungan kepada Tuhan adalah kunci untuk memasuki kerajaan-Nya. Kita perlu menyadari bahwa kekuatan kita terbatas, tetapi Tuhan tidak terbatas dalam kemampuan-Nya.

Kebenaran ini mengingatkan kita bahwa meski kita mungkin merasa tidak mampu atau tidak layak, Tuhan memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan dan memberikan keselamatan.

Bagaiamana dengan diriku?

Apalah aku menggunakan harta kekayaan sebagai sarana menyalurkan berkat Tuhan bagi sesama?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version