Home IMAN KATOLIK Menjadi Keluarga yang Melayani Seturut Sabda Allah (3)

Menjadi Keluarga yang Melayani Seturut Sabda Allah (3)

0

Pelayanan: Suatu pemberian diri dan penyaluran karunia

Rasul Petrus menasihati, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia” (1 Ptr 4:11). Kita diundang untuk melakukan pelayanan dengan kekuatan yang dianugerahkan Tuhan.

Maka pelayanan kepada sesama yang membutuhan, tidak sekedar memberikan dana, tetapi sebagai suatu pemberian diri, sebagaimana dilakukan Kristus yang telah datang untuk melayani dan memberikan nyawa bagi banyak orang (Mrk 10:45). Memberikan diri bagi sesama yang membutuhkan berarti juga memberikan hati, waktu, pemikiran, dan tenaga kita. Kiranya hal ini bisa menjadi suatu persembahan hidup yang berkenan kepada Allah (Rom 12:1-2).

Memberikan pelayanan, bukanlah tugas yang mudah, tidak saja kita harus berani berkurban dan memberikan diri, tetapi juga terkadang kita menghadapi tantangan manakala pelayanan kita tidak ditanggapi dengan baik, disalahmengerti, bahkan dituduh yang tidak-tidak yang tentunya akan membuat kita merasa sakit hati.

Dalam situasi demikian barangkali kita perlu mengimani Sabda Bahagia, “Berbahagialah kam, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” (Mat 5:11). St. Petrus juga menghibur umat Kristen yang menderita karena difitnah oleh masyarakat sekitarnya lantaran tidak lagi mengikuti ketidaksenonohan mereka (lih. 1 Ptr 2:12, 4:4).

Tulis St. Petrus, “Lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat” (1 Ptr 3:17).

Maka dalam pelayanan ini, semua anggota keluarga perlu menimba kekuatan dari Ekaristi, sebab dalam persatuan dengan Kristuslah kita akan menerima kekuatan untuk meneruskan pelayanan. Pelayanan kasih kita akan berbuah manakala bersatu dengan Sang Pokok Anggur, “sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbat apa-apa” (Yoh 15:4).

Perwujudan pelayanan dewasa Ini
Bagaimana secara konkret keluarga kristiani dewasa ini bisa mewujudkan pelayanan dalam situasi dewasa ini? Dalam hal ini kita bisa merujuk aneka aktivitas pada Mat 25:42-44 yang dirangkum sebagai bentuk pelayanan bagi Tuhan sendiri. Dari teks ini kita bisa mencoba merinci lebih lanjut untuk relevansinya dewasa ini:

  • Aku lapar – kamu memberi makan: menyediakan makan bagi orang miskin, gelandangan, dan yang berada di posko pengungsian, memberikan bantuan sembako, menciptakan lapangan kerja, memberdayakan potensi sesama agar bisa mandiri
  • Aku haus – kamu memberi minum: minuman memberi kelegaan bagi yang dahaga dan minum obat memberi kesembuhan bagi yang sakit (lih. Sir 38:4-7). Barangkali secara figuratif teks ini termasuk menyapa mereka yang memberi telinga bagi yang tengah berbeban berat dan memberikan kata-kata peneguhan bagi yang sedang galau dan bermasalah.
  • Aku orang asing – kamu memberi tumpangan: keramahtamahan dalam menerima tamu, termasuk orang asing. Bagaimana orang-orang asing seperti anak kost, perantau, dan orang-orang yang kerap disingkirkan oleh masyarakat kemudian merasa tersapa dan terlindungi? Apa yang bisa dilakukan oleh keluarga dan komunitas kristiani? Beberapa paroki memiliki proyek “Bedah Rumah” untuk meningkatkan kesejahteraan sesama yang membutuhkan.
  • Aku telanjang – kamu memberi pakaian: Secara konkret hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pakaian kepada yang membutuhkan seperti pengalaman iman St. Martinus. Dengan memberikan pakaian yang layak, kita memperlakukan sesama sesuai martabatnya yang berharga. Maka hal sebaliknya, “menelanjangi” orang lain bukanlah bagian dari perbuatan kasih. Sebaliknya, dalam dan karena kasih orang berani menutupi segala sesuatu, termasuk masa lalu dan kekuragan orang lain (lih. 1 Kor 13:7).
  • Aku sakit – kamu melawat: Kunjungan kepada yang sakit merupakan bentuk perhatian dan solidaritas bagi mereka yang sakit. Doa bersama si sakit merupakan kesempatan untuk bersama-sama memohon campur tangan Tuhan dalam proses penyembuhan. Niscaya melihat “iman kita bersama” (bdk. Mrk 2:5) Tuhan berkenan menganugerahkan kesembuhan. Si sakit terbebanii bukan saja karena penyakitnya tetapi juga oleh beban finansial yang harus ditanggung. Apa yang bisa dilakukkan oleh keluarga dan komunitas kristiani dalam situasi demikian?
  • Aku dalam penjara – kamu melawat: Orang yang dipenjara adalah orang-orang yang terkurung, dijauhkan dari masyarakat, entah sebagai konsekuensi kesalahan yang mereka lakukan ataupun korban ketidakadilan. Mereka yang terkurung dalam penjara tidak bisa bergerak bebas. Secara nyata kunjungan ke penjara merupakan dukungan bagi mereka. Dalam kondisi demikian Tuhan tetap mencintai mereka. Secara figuratif, barangkali masih banyak orang yang terpenjara sehingga tidak bisa bergerak bebas, entah karena terlilit oleh masalahnya sendiri, keterbatasan pemikiran dan wawasan, dsb, maka aneka upaya penyadaran dan motivasi untuk bangkit kembali menjadi sumbangan yang sangat berarti.

Semoga keluarga dan komunitas kristiani semakin mampu melayani seturut Sabda Allah!

Sumber: www.imankatolik.or.id

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version