Tuhan telah membuat perjanjian dengan umat-Nya, Israel. Intinya, Tuhan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Nya. Tuhan mengokohkan perjanjian itu dengan membangun kerajaan abadi yang didirikan di atas keturunan Daud (2 Samuel 7:13).
Kerajaan-Nya dibangun di atas kebenaran dan iman; bukan berdasarkan hukum (Roma 4: 13). Tuhan memilih orang-orang yang benar dan beriman untuk menjaga kerajaan-Nya. Yusuf, suami Maria, salah satunya. Dialah yang Tuhan pilih untuk menjadi bapa bagi Yesus.
Yusuf itu keturunan Yakub dan Abraham, bapa kaum beriman. Dia bertunangan dengan Maria, ibu Yesus.
Hidup Yusuf dijiwai dengan semangat iman dan kebenaran. Salah satu ciri orang benar adalah menjaga nama orang lain.
“Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.” (Matius 1: 19).
Yusuf juga orang yang taat dan beriman. Hal itu tampak dalam tanggapannya terhadap sabda Tuhan. Dia melaksanakan yang Tuhan perintahkan kepadanya, yakni mengambil Maria sebagai isterinya (Matius 1: 24).
Sebagai orang benar, Yusuf hidup berdasarkan iman. Dalam kondisi sulit dan dilematis, dia memutuskan untuk menikahi Maria. Itu dilakukan karena imannya akan perintah Tuhan.
Dari Santo Yusuf orang dapat belajar tentang hidup sebagai orang beriman dan benar. Orang demikian sering menghadapi banyak ujian dan kesulitan. Semua itu tidak menyurutkan semangat hidupnya. Sebaliknya, membuatnya semakin mengandalkan Tuhan; bukan dirinya sendiri.
Senin, 20 Maret 2023
Hari Raya Santo Yusuf, suami Maria