Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Menjadi Pekerja yang Tahu Diri

Menjadi Pekerja yang Tahu Diri

0
Bekerja dengan sungguh-sungguh

Senin, 3 Juni 2024

2Ptr 1:1-7;
Mzm 91:1-2.14-15ab.15c-16;
Mrk 12:1-12;

BERSYUKUR merupakan hal yang wajib sebagai bukti kebesaran hati. Sudah seharusnya sebagai manusia kita selalu bersyukur dengan kasih karunia yang Tuhan berikan. Anugerah yang diberikan Tuhan bukan hanya dalam bentuk materi, tapi juga fisik yang sempurna, kesehatan, dan banyak lainnya.

Namun, dalam hidup, kita kerap kali kita lupa untuk mensyukuri rahmat kasih Allah yang kita terima hingga kita disebut orang tak tahu terima kasih.

Tidak tahu berterimakasih adalah perilaku beracun yang menyedot kehidupan semua orang di sekitar. Orang yang tidak tahu berterima kasih tidak akan pernah mengungkapkan penghargaan, tidak peduli seberapa besar bantuan yang diberikan orang lain terhadapnya bahkan atas kasih karunia Allah yang melimpah dalam hidup kita.

“Saya baru menyadari betapa besar kasih Tuhan, yang telah saya terima bersama kelaurgaku,” syering seorang bapak.

“Pekerjaanku hanyalah seorang buruh lepas di pasar; dengan penghasilan yang pas-pasan untuk makan dan minum kami sekeluarga. Namun apa yang terjadi dengan anak-anakku sungguh membuatku takjub betapa besar kasih Tuhan.

Dua anakku lulus SMK dan kini sudah bisa bekerja dan membantu keluarga. Mereka bahkan bergotong royong memperbaiki rumah hingga membuat kami tinggal di rumah yang layak dan merasa aman jika datang hujan.

Semua ini adalah berkat kasih setia Tuhan yang menuntun hidup kelaurga kami, memberkati anak-anakku dengan kesehatan dan jalan hidup yang lebih baik dariku,” papar bapak itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ”Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka.

Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa.”

Perumpamaan ini memberikan gambaran bahwa Allah, sebagai pemilik kebun anggur, merupakan Pribadi yang sabar. Para hamba-Nya adalah utusan Allah. Sang Anak merujuk kepada Yesus.

Yesus menggambarkan bahwa meskipun kehidupan umat-Nya tidak tahu berterima kasih atau tidak punya hati yang dipenuhi rasa syukur bahkan cenderung munafik, menipu, dan tidak setia, namun Allah tetap membuktikan diri-Nya sebagai Allah yang penyayang dan panjang sabar. Tuhan Yesus menginginkan kita taat kepada perjanjian dengan Allah. Apa yang menjadi hak Allah itu harus kita berikan kepada-Nya.

Jangan sampai kita merampas hak Allah dan menggunakan segala kesempatan dan berkat dengan sesuka hati tanpa mengindahkan perintah Allah. Kita mestinya mempergunakan kesabaran Allah untuk dapat menghasilkan buah yang baik.

Hidup sebagai anak-anak Allah yang taat. Hendaknya kita tidak membiarkan hawa nafsu, rakus dan tamak menguasai hidup kita agar waktu yang Tuhan berikan kepada kita tidak menjadi sia-sia.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mempersembahkan apa yang menjadi hak Tuhan atas kehidupanku dengan tulus dan jujur?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version