Hidup masyarakat kita digerakkan oleh jasa perantara. Banyak tujuan dicapai dan terselesaikan berkat jasa para perantara. Interaksi ekonomi antara produsen dan konsumen, misalnya, dijembatani oleh perantara. Namanya, pedagang.
Keselamatan umat manusia pun mencapai sasarannya lewat perantara. Diakon Filipus diutus oleh Roh Kudus mewartakan Yesus kepada seorang sida-sida ratu Sri Kandake dari Etiopia (Kisah Rasul 8: 26). Dia menjelaskan tentang Yesus kepadanya.
Berkat penjelasannya itu, mata dan hatinya terbuka. Dia percaya, lalu dia minta dibaptis. Setelah membaptis, Filipus lenyap dari hadapan sida-sida itu (Kisah Rasul 8: 39). Semua terjadi berkat karya Roh Kudus.
Dalam injil Yohanes 6: 44-51, Yesus menegaskan lagi bahwa Dia adalah Roti Hidup (Yohanes 6: 48). Selanjutnya, Dia bersabda, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yohanes 6; 51).
Yesus Kristus itu turun dari sorga dan menjadi perantara antara manusia dan Allah. Hanya melalui Dialah orang sampai kepada Allah (Yohanes 14: 6). Yesus itu lebih daripada mediator dan jembatan, karena menyatu dengan mereka yang dihantar-Nya.
Rumusan doa Kristen menggunakan ungkapan perantara itu. Ada yang menggunakan istilah “dalam Kristus” atau “dengan pengantaraan Kristus.”
Lebih dari itu, Yesus memberikan Diri-Nya untuk dimakan oleh mereka yang percaya akan kehadiran-Nya dalam sakramen ekaristi. Tidak ada satu perantara pun yang begitu menyatu dengan yang dihantarnya melebihi Yesus Kristus.
Mereka yang telah percaya kepada-Nya dipanggil untuk menghantar mereka yang belum mengenal-Nya untuk datang kepada-Nya. Dengan demikian, seperti Filipus mereka itu menjadi penghantar keselamatan.
Kamis, 27 April, 2023