KITAB Kejadian mengisahkan bahwa segala ciptaan dipandang Tuhan dengan “baik adanya” bahkan manusia sebagai mahkota ciptaan disebut “sungguh amat baik”.
Lalu mengapa masih ada kejahatan dan penderitaan, jika alam semesta “baik adanya” dan manusia itu “sungguh amat baik?”
Kita harus menggarisbawahi bahwa “baik adanya atau sungguh amat baik” tidak sama dengan sempurna. Jika Kitab Kejadian mengatakan baik adanya, itu berarti ciptaan itu tercipta sudah sesuai dengan maksud Tuhan.
Namun, Tuhan tidak dikatakan “berhenti selamanya berkarya”. Kitab Kejadian hanya mengatakan bahwa “Tuhan beristirahat pada hari ketujuh”.
Tuhan masih berkarya sampai saat ini. Dia tidak dalam kondisi “menganggur”. Dia masih bekerja. Ciptaan yang telah Dia kerjakan memerlukan proses penyempurnaan hingga segala sesuatu yang berasal dari Tuhan kembali kepada Tuhan.
Kejahatan dan penderitaan adalah bagian dari proses penciptaan dan pemeliharaan yang belum selesai. Kejahatan bagaikan ilalang yang tumbuh di antara tanaman gandum.
Ilalang itu tumbuh bersama dan akan dimusnahkan ketika musim menuai gandum sudah tiba. Akan dibersihkan dan dibuang dan dibakar ke dalam api. Itulah yang disebut sebagai akhir zaman.
Sebuah tesis pasti ada antitesis yang berakhir dengan sintesis. Ketika berbicara terang, maka kita mengetahui lawannya yairu gelap
Kitab Wahyu menyampaikan bahwa kiamat pun bukan ending kisah alam semesta. Sebab kiamat pun sebuah proses.
Sebab, ada penghakiman universal untuk seluruh manusia dari zaman ke zaman. Sesudah segala sesuatu itu selesai maka “langit dan bumi yang lama” akan diganti dengan “langit dan bumi yang baru”.
Akan ada Yerusalem Surgawi, sebuah kota suci dan abadi yang tidak pernah kehilangan terang sebab Kristuslah yang menjadi Terangnya.
Tidak akan ada lagi penderitaan dan kejahatan sebab pohon-pohon di kota itu pun memberikan penyembuhan. Tak ada lagi tangis dan airmata.
Dengan ajaran ini, Gereja memberikan jawaban bahwa kejahatan dan penderitaan saat ini akan dikalahkan secara tuntas oleh Tuhan sendiri di saat yang ditentukan itu. Namun, manusia tidak boleh juga berpangku tangan.
Dia harus terlibat sebagai mitra Tuhan dalam memberantas kejahatan dan menyembuhkan penderitaan dengan segala daya upayanya.
Sebab, dengan menjadi rekan kerja Tuhan, manusia menjadi implementasi kebaikan Tuhan meski serba terbatas dan jauh dari sempurna. Namun itu membuat dia berharga di mata Tuhan.
Dia menjadi singkron dengan agenda Tuhan terkait dengan proses penyempurnaan alam semesta. Berbuat baik artinya mengharmoniskan diri dalam agenda besar Tuhan atas langit dan bumi.
Gereja Katolik juga mempercayai bahwa kejahatan yang menimbulkan penderitaan juga bukan semata mata karya manusia.
Tapi ada roh jahat atau iblis atau setan yang menginspirasinya. Sebab terbukti ada kekejian yang luar biasa dan tidak masuk akal bagi manusia namun terjadi dalam dunia.