INI adalah paparan kisah Dewi Kartika. Ia seorang muslim dan penggiat Komunitas GusDurian Semarang, yang berkesempatan ambil bagian dalam Pra-Sinode bulan Maret 2018 lalu di Vatikan.
Ia memiliki pengalaman menarik, di mana seorang Muslim sangat dihargai dan disediakan tempat untuk sholat dan berdoa.
Dewi yang berasal dari keluarga yang plural ini pun membagikan pengalaman ini kepada teman-temannya di Indonesia. Ia berharap Indonesia juga bisa menjadi negara yang toleran seperti Vatikan. “Kita perlu mencontoh negara yang 100% Katolik itu (Vatikan),” ujar Dewi sebagai salah satu pembicara.
Anne Aprilia Priskila menambahi bahwa Gereja Katolik menerima 300 orang muda dari berbagai latar belakang, baik yang non-Katolik hingga yang tidak beragama sekalipun dalam Pra-Sinode Orang Muda lalu.
“Hal ini menunjukkan bahwa Gereja memiliki sisi yang sangat demokratis dan mempunyai citra yang baik,” ujar Anne.
Dalam Pra-Sinode tersebut, ada kesempatan berdiskusi dalam kelompok kecil dengan didampingi oleh fasilitator.
Ia mengungkapkan, fasilitator tersebut hanya membimbing diskusi saja dan tidak akan ikut campur dalam dialog dan opini peserta Pra-Sinode yang juga hanya untuk orang muda. “Adanya sikap egaliter yang sangat saya apresiasi,” ujarnya. (Berlanjut)