Home BERITA Menumpahkan Darah

Menumpahkan Darah

0
ILustrasi: Usai truk rusak di hutan, tim Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak nyemplung ke genangan aiir temui korban banjir Sintang. (Dok Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak via Br. Stephanus Paiman OFMCap)

Puncta 28.04.23
Jumat Paskah III
Yohanes 6: 52-56

PARA Pahlawan Revolusi menumpahkan darahnya untuk Negara Republik Indonesia. Menumpahkan darah berarti memberikan seluruh hidupnya untuk negara. Mereka rela mati demi tegaknya negara kita.

Jiwa dan raganya dikurbankan demi bangsa dan negara.

Menumpahkan darah tidak boleh dibaca secara harafiah saja. Pahlawan itu memeras darahnya di sebuah baskom dan kemudian dibuang, ditumpahkan.

Kalau seorang pahlawan mati demi berkurban bagi tanah airnya, dia telah menumpahkan darahnya.

Tujuh Pahlawan Revolusi itu diculik, dianiaya, dibunuh dan dimasukkan ke dalam sebuah lubang sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta pada malam tanggal 30 September 1965.

Mereka itu menumpahkan darahnya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menumpahkan darah berarti mati demi membela bangsa dan negara. Mereka memberikan jiwa dan raganya demi tegaknya ideologi Pancasila. Mereka mengorbankan nyawanya demi keselamatan bangsa.

Orang-orang Yahudi bertengkar antar sesama mereka dan berkata, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?”

Mereka itu memahami sabda Yesus secara harafiah. Mereka tidak bisa menangkap apa maksud “makan daging-Ku dan minum darah-Ku.”

Yesus bersabda, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.”

Sejajar dengan ungkapan Yesus tentang Roti Hidup, Ia juga mengatakan tentang “makan daging-Ku dan minum darah-Ku.” Hal itu tidak berarti kita semua makan daging dan minum darah Yesus secara harafiah. Ungkapan itu mau menyatakan bahwa Yesus memberikan seluruh Diri-Nya untuk kehidupan kita.

Seperti para pahlawan yang menumpahkan darahnya, demikian juga Kristus mengorbankan hidup-Nya demi keselamatan kita orang yang berdosa ini.

Darah dan daging berarti hidup seseorang. Darah dan daging menggambarkan seluruh jiwa dan raganya.

Kalau kita makan daging-Nya dan minum darah-Nya berarti kita sudah satu jiwa raga dengan Kristus. Kita tinggal di dalam-Nya dan Dia tinggal di dalam diri kita.

Begitu pula kita memaknai Ekaristi. Kita menerima roti tidak sekedar roti biasa, tetapi itu adalah Tubuh Kristus. Kita minum anggur tidak sekedar anggur biasa, tetapi itu adalah darah-Nya yang memberi hidup bagi kita. Dengan demikian Kristus tinggal dalam kita dan kita berada dalam hidup Kristus.

Bagaimanakah anda menghayati Ekaristi pemberian Tubuh dan Darah Kristus yang kita terima?

Arus balik berjejer ratusan bus,
Semuanya menuju Lebak Bulus.
Ekaristi sakramen mahakudus,
Warna roti namun Tuhan Yesus.

Cawas, kusambut Roti Surgawi…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version