Puncta 12 Maret 2025
Rabu Prapaskah I
Lukas 11: 29-32
“MANA buktinya kalau kamu mencintaiku?” tanya sang pacar menuntut kekasihnya membuktikan cintanya. Lelaki itu hanya memeluknya, memberi kehangatan dan menenangkan hati pacarnya.
Kemarahan seringkali menutupi mata hati sehingga ia tidak bisa melihat tanda-tanda kasih yang dilakukan pacarnya. Lelaki itu dengan setia mengantar ke kantor. Ia juga dengan tepat waktu menjemputnya.
Ia menemani di saat-saat sulit. Ia mendengarkan keluh kesah di saat-saat berat. Ia menghibur di saat-saat kesedihan dan kesepian menghantui. Namun hal-hal kecil itu tidak dilihat sebagai tanda kasih kepadanya.
Ketika kekasihnya mati, wanita itu baru menyesal seumur hidup karena belum pernah bisa membalas pengorbanannya, sebab dia selalu menuntut, menuntut dan menuntut bukti atau tanda-tanda. Orang lain akan menyalahkan, mengapa ia menyia-nyiakan pengorbanan kekasihnya.
Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.”
Mereka tidak mampu melihat apa yang dilakukan Yesus adalah tanda. Yesus menyembuhkan orang sakit. Ia memberi makan 5000 orang. Ia membangkitkan anak Yairus dan Lazarus yang mati.
Yesus lebih berkuasa dari Yunus atau Salomo. Tetapi orang-orang itu tidak mau percaya. Maka Ratu Syeba dari selatan akan datang mengadili mereka karena ratu itu bisa melihat tanda bahwa Yesus adalah Mesias dan dia percaya.
Apakah kita sering juga menuntut tanda agar Tuhan menunjukkan kuasa-Nya? Kita bisa bernafas, bisa melihat indahnya dunia, bisa makan dengan enak, bisa tertawa dengan teman-teman, bisa bangun dengan sehat.
Semua itu adalah tanda Allah mengasihi kita. Mau tanda apa lagi yang kita butuhkan?
Kalau kita piknik ke pantai Ngobaran,
Jangan lupa beli ikan segar di Ngrenehan.
Kita hidup adalah tanda kasih Tuhan,
Mari kita syukuri dengan kebahagiaan.
Wonogiri, indahnya kasih Tuhan
Rm. A.Joko Purwanto, Pr