Menyadari Kasih Allah

0
Kasihanilah dan ampunilah Aku, Ya Allahku menurut belas kasih-Mu, kasihanilah aku, ya Tuhan, by artbybryn.

Sabtu, 2 Maret 2024

  • Mi. 7:14-15,18-20.
  • Mzm. 103:1-2,3-4,9-10,11-12.
  • Luk.15:1-3.11-32

SUNGGUH menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri jika ada suatu benda yang sudah lama hilang dan akhirnya kita temukan kembali. Terlebih lagi, jika ada keluarga atau saudara kita yang hilang beberapa lama. Terlebih lagi, jika saudara kita itu hilang karena perbuatan dosanya. Namun ia kembali lagi dengan pertobatan dan menyesali perbuatannya yang salah. Semua itu sungguh merupakan sukacita tersendiri yang tidak ternilai dalam kehidupan kita.

“Sebuah beban yang sangat berat telah kutanggung, sejak saya jatuh dalam ketidaksetiaan terhadap isteriku hingga aku harus berpisah dengan seluruh keluarga,” kata seorang ayah.

“Saya pikir, dengan kedudukan dan fasilitas serta dana yang aku miliki, aku bisa hidup bahagia. Meski harus tinggal jauh dari banyak orang yang mencintaiku. Namun semua berubah, ketika aku jatuh sakit, penyakit telah menggerogoti badanku, hingga aku kehilangan orang-orang yang dulu sangat memujaku, juga kehilangan pekerjaan.

Dalam keterpurukan itu, aku ingat akan keluargaku yang pernah aku sakiti, akan mereka yang mencintaiku, meski aku campakkan. Tidak ada pilihan lain, kecuali kembali pada mereka. Semoga mereka mau menerimaku kembali,” pintanya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.”

Menyadari keadaan sungguh penting dan menjadi kata kunci dalam kehidupan ini. Karena sebagian orang justru saat menghadapi persoalan, pergumulan menjauh dari Tuhan, bahkan jatuh dalam dosa.

Kebanyakan orang saat menghadapi persoalan, lebih memilih sikap menyerah, mengasihani diri bahkan menjadi terpuruk. Sebagian orang saat diperhadapkan dengan persoalan dan pergumulan, mereka akan menyalahkan orang, menyalahkan keadaan, menyalahkan diri sendiri bahkan menyalahkan Tuhan.

Namun berbeda dengan si bungsu dalam bacaan Injil hari ini, saat ia menghadapi kelaparan, ia sadar, ia ingat akan rumahnya, ingat akan bapanya.

Setiap persoalan yang terjadi di dalam hidup kita, membuat kita sadar bahwa kita perlu Tuhan, menyadari bahwa selama ini kita sudah menjauh dari-Nya, kita harus kembali kepada-Nya, kembali mencari hadirat-Nya, datang kepada-Nya, kembali bersekutu bersama saudara seiman, kembali pulang ke rumah.

Menyadari bahwa kita jatuh dan tersesat serta menyadari kerahiman Allah menjadi jalan yang meneguhkan dan menguatkan kita untuk kembali pada Tuhan.

Walaupun kita dekat dengan Allah, namun jika kita tidak menyadari kasih Allah maka kedekatan kita itu akan sia-sia. Sebab sikap orang yang telah dekat dengan Allah adalah semakin serupa dengan Allah yaitu mengasihi.

Sementara yang jauh dari Allah, pintu masih terbuka lebar untuk kembali-Nya kita kepada-Nya. Sejauh mana pun kita lari dari Tuhan, pada akhirnya kita akan dipanggil kehadapan-Nya untuk mendapatkan kerahiman.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menyadari kerahiman dan kemurahan Allah yang selalu dikaruniakan kepadaku?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version