PADA waktu menyambut Tahun Baru, orang mempunyai harapan (wish). Demikian pula pada awal Tahun Liturgi baru Gereja, yakni Masa Adven.
Orang diajak untuk merumuskan harapan-harapannya.
Apa yang diharapkan? Minimal tiga.
Pertama, bahwa tahun yang baru diwarnai dengan keadilan. Gereja merayakan kedatangan seorang yang akan memimpin dunia dengan keadilan.
Dialah raja keadilan: “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri.” (Yer 33: 14-15).
Kedua, bahwa pemimpin yang akan datang itu meneguhkan orang agar tidak gentar terhadap dinamika dunia yang kerap memberikan kesulitan, penderitaan dan ketidakpastian.
Sang Utusan Tuhan yang segera datang itu selalu menyertai mereka.
“Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat” (Luk 21: 27-28).
Ketiga, bahwa orang tetap mengarahkan perhatiannya kepada Sang Pemimpin yang akan menghibur, meneguhkan dan membebaskan mereka.
Tidak tenggelam dalam hiruk-pikuk dunia (Luk 21:34).
Hidup ini bagai perjalanan.
Orang senantiasa memasuki wilayah-wilayah baru yang kadang pasti kadang kabur. Agar dapat mencapai tujuan perjalanannya, orang dituntut untuk memiliki tujuan yang jelas dan melangkah terus-menerus.
Melangkah saja tidak cukup.
Mengisi hidup hanya dengan urusan-urusan duniawi belaka mirip dengan melangkah tanpa tujuan pasti.
Apa yang aku harapkan kali ini waktu menyambut Tahun Baru?
Minggu, 28 November 2021