BAPERAN – BAcaan PERmemumgan hariAN.
Jumat, 27 Agustus 2021.
Tema: Rosarioku hidupku.
- Bahan 1 Tes. 4: 1-8.
- Mat. 25: 1-13.
KEBIASAAN baik bisa menujukkan kadar iman yang hidup dan berkeadilan. Sebuah ketekunan iman.
Hari ini, kita merayakan pesta Santa Monika.
Surat ibu pendoa ulung. Lewat doa, Santa Monika, mempercayakan hidup dan belajar berani berharap.
Doa tidak akan pernah sia-sia. Doa dapat menjadi sarana dan cara menembus “Hati Bapa” dan menemukan cara hidup yang tepat dalam rancangan kasih-Nya.
Arus rahmat
Sebagai romo di paroki, saya mengenal baik sosok seorang ibu. Rumahnya kecil. Ia menjual barang-barang sederhana untuk menyambung hidup. Ia sendiri bersama satu anak. Ia seorang legioner, ramah, dan sederhana.
Motor yang dipakai tergolong tua; riskan untuk melaju dengan kecepatan tertentu. Motor tua, satu-satunya sarana ia ke gereja.
Saya terpesona atas hidupnya yang bersahaja. Tidak suka bicara tentang orang lain. Ia lebih banyak diam, tenang, dan mendengarkan.
Senyum dan cara bicaranya menampakan kedalaman batinnya. Ia rajin berdoa. Saya merasa senang bila berjumpa dengan ibu yang saleh, sederhana dan jernih.
Pribadi pendoa
Saya tak dapat membayangkan pukul berapa dia bangun. Setiap pukul 05.00 pagi, dia sudah tiba di gereja. Saya pun sebagai imam belum tentu bisa bangun pukul 05.00 setiap pagi, rutin bangun.
Setibanya di gereja, ibu ini selalu menyapu tempat biasanya kami, umat, berdoa Rosario. Saya mengamati setelah menyapu, beliau rosario dan dilanjutkan dengan mengikuti Perayaan Ekaristi.
Yang saya tahu, selama saya bertugas hampir empat tahun di paroki itu, ibu ini selalu datang dan tidak pernah absen. Keteladanannya membuat beberapa ibu ikut juga. Datang dengan sadar, menyapu, berdoa Rosario dan mengikuti Perayaan Ekaristi, itulah irama imannya.
“Ibu kenapa datang pagi-pagi? Rumahnya kan jauh. Apakah aman seorang diri ke gereja?” tanyaku kepo sekali waktu.
“Sudah jadi kebiasaan romo. Kebiasaan bangun pagi dan ke gereja. Saya menyapu, karena saya ingin tempat di mana Ibu Maria ada selalu bersih. Sehingga enak dilihat dan orang-orang juga betah berdoa karena bersih,” jawabnya.
“Saya begitu bergembira, kalau saya berdoa Rosario. Saya tidak bisa lepas dari Rosario. Itulah doa yang membuat saya nyaman seperti saya berjumpa dan berbicara dengan Ibu sendiri. Berdoa Rosario itu salah satu bahkan satu-satunya doa yang membuat hidup saya bergembira dalam Tuhan,” jelasnya.
Dan saya percaya, Ibu Maria pasti menghantarkan doa-doaku kepada Yesus. Maria pasti memintakan kepada Yesus apa yang saya doakan
Saya tidak minta apa-apa dalam doa. Saya hanya ingin hidup saya berkenan pada Tuhan. Saya ingin Tuhan mengampuni dosa-dosa saya; memberkati saya, juga untuk anak saya supaya hidupnya takut akan Tuhan. Saya menyiapkan kematiann saya dengan kelegaan,” lanjutnya.
“Saya tidak meminta apa-apa lagi Romo. Saya sudah berumur. Saya hanya ingin menjadi pendoa. Saya telah mengalami banyak kebaikan dari Tuhan dari sesama. Saya hanya ingin dekat dengan Ibu Maria. Saya tidak pernah susah, kendati hidup kami sederhana.
Saya mengalami cinta Tuhan lewat sesama yang kadang memberi bantuan kepada saya. Saya tidak minta dan tidak berharap. Saya percaya Tuhan yang membimbing hidup saya.
Saya percaya dan saya tidak ingin apa-apa kecuali dekat dengan Tuhan, hidup tenang dan damai lewat doa,” tegasnya mantap.
Hidup tenang dan damai
Lewat doa, saya merasa hidup saya lebih kenal lebih damai dan saya tidak ada musuh. Saya belajar seperti Ibu Maria lebih banyak mendengar, berdoa daripada “membicarakan” orang lain.
Saya single parent, tapi tidak takut. Pun yang punya maksud jahat. Saya tidak punya apa-apa.
Maka saya merasa aman. Saya bahagia boleh membersihkan tempat doa. Saya bergembira karena peziarah pun betah berdoa di tempat ini. Saya terpesona mendengar banyak yang bersaksi,” demikian keyakinannya.
Ibu ini model pribadi pendoa yang menegaskan arah.
Yesus bercerita, “Gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan mempelai ke ruang perjamuan kawin lalu pintu ditutup.” ay 4, 10b.
Tuhan, berkenanlah dengan hidupku, dan kuduskanlah keluargaku. Amin.