Sabtu, 17 Desember 2022
- Kej. 49:2,8-10.
- Mzm. 72:1-2,3-4ab,7-8,17.
- Mat. 1:1-17.
SETIAP orang punya kisah hidup. Ada pertalian sejarah kehidupan yang terangkai antara diri ini dengan leluhur dan secara khusus dengan Sang Penolong Kehidupan yakni Tuhan.
Pertistiwa demi Pertistiwa yang terjalin dalam hidup ini, telah menegaskan bahwa setiap pundak punya beban masa lalu.
Hidup kita ini berarti dan punya makna karena sejarah yang tercipta.
Setiap orang memiliki leliku sejarah hidup yang berbeda. Sepanjang perjalanan menapaki bahtera hidup, selalu saja ada episode yang menerik dan menyenangkan.
Tetapi, tetap saja dijumpai bagian yang berduri. Ujian dan cobaan yang datang silih berganti dalam hidup ini.
“Seorang sahabat mensyeringkan betapa bahagianya telah berani menerima anak yang tidak dikendaki oleh orang tuanya,” katanya.
“Saya hanya merasa kasihan. Maka dengan segala kekuranganku, saya menerima titipan dari tetangga yang dia kenal dengan baik, namun karena sebab tertentu dia tidak bisa merawat anaknya,” ujarnya.
“Setelah menitipkan anak itu dia pergi menjadi.tkw dan tidak pernah pulang lagi,” lanjutnya.
“Kini sudah dua puluh tahun, anak itu ikut dengannya dan menjadi anaknya,” sambungnya.
“Anak itu tahu siapa orang tuanya dan karena itu dia menjadi anak yang tahu diri, baik dan tekun hingga banyak orang menyanyanginya,” urainya.
“Saya selalu jujur siapa dirinya dan mengapa dia kini hidup bersamaku,” lanjutnya.
“Kejujuran akan masa lalu ini membuat dia tahu bersyukur dan bertindak dengan baik dalam hidup ini,” imbuhnya.
“Setiap orang punya sejarah hidup, dan saya bersyukur memiliki banyak orang yang menyayangiku,” kata anak itu suatu ketika.
“Kita tidak bisa menghapus masa lalu orang tua kita atau sejarah leluhur kita namun kita bisa mengoreskan warna yang baru dalam sejarah kehidupan mereka melalui tindakan dan sikap kita,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.
“Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.”
Nama dan sejarah menjadi pokok penting dalam karya Allah, dan mengandung makna yang mendalam bagi umat Yahudi.
Abraham adalah leluhur termasyhur yang menerima Perjanjian Rahmat. Daud, meskipun memiliki catatan negatif, dianggap sebagai raja ideal, dan melalui garis keturunannya akan lahirlah harapan Israel dalam diri Mesias, Sang Pembebas.
Adapun pembuangan ke Babel adalah pengalaman mahapahit, namun sekaligus menjadi penanda dan juga realitas pembaharuan hidup yang hadir melalui air mata dan pertobatan.
Jika kita cukup teliti membacanya, kita akan mendapati munculnya beberapa nama perempuan istimewa dalam daftar silsilah ini: Tamar, Rahab, Rut, istri Uria, dan Maria.
Mengapa mereka istimewa? Maria jelas.
Rut perempuan asing. Tamar dan isteri Uria (Betsyeba) memiliki masa lalu yang kelam. Inilah istimewanya karya Tuhan.
Karya Allah dalam sejarah menggunakan dan mengatasi kelemahan manusia dalam pergumulannya.
Melalui kita pun, dalam pergumulan dan bahkan kegagalan kita, Allah dapat menguntai karya damai sejahtera ketika kita berserah kepada-Nya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menyadari bahwa Allah sedang membuat “rajutan” yang indah dalam ”kain” sejarah kehidupanku yang sedang dipintal oleh-Nya?