- Bacaan 1: Yes. 6:1-2a,3-8
- Bacaan 2: 1Kor. 15:1-11
- Injil: Lukas 5:1-11
Kadang-kadang antara tidak mau dan merasa tidak pantas itu ”beti” alias beda-beda tipis. Hal ini terutama dalam pelayanan. Banyak yang merasa enggan atau karena tidak ada waktu untuk pelayanan maka jurus paling ampuh adalah,
“Maaf saya merasa belum pantas.”
Hal ini kadang juga didukung oleh orang-orang sekitarnya, yang mengatakan kamu tidak atau belum pantas menjadi “Pelayan Luar Biasa” (PLB) karena latar belakangmu. Memangnya ada yang sudah pantas?
Hari ini kita bertemu dengan tiga tokoh yang “merasa tidak pantas”:
- Petrus, merasa sebagai orang berdosa
- Paulus, merasa sebagai orang paling hina
- Yesaya, merasa sebagai najis bibir (pendosa)
Mereka bertiga merasa tidak pantas “melihat Tuhan” dan berada dihadapan-Nya. Namun, kadang Tuhan justru memanggil orang-orang dalam keadaan tidak pantas.
Petrus hanyalah seorang nelayan biasa, yang sudah pasti tingkat pendidikannya tidak tinggi. Namun kelak, Tuhan Yesus mempercayakannya sebagai “penjala manusia”. Petrus akan menjadi gembala manusia dan menjadi wakil Tuhan Yesus Kristus sebagai “Paus Pertama”.
“Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia.”
Mengindikasikan bahwa Tuhan tidak akan membiarkannya sendiri. Tuhan pasti akan menyertainya saat menggembalakan para pengikut-Nya.
Paulus, seorang “preman rohani”, yang giat mengejar-ngejar para pengikut Kristus. Menganiaya, memenjarakan bahkan tak segan membunuh orang-orang Kristen. Sehingga merasa tak pantas, saat Tuhan Yesus menampakkan Diri kepadanya dalam peristiwa “Teofani” (penampakan Tuhan Yesus dalam rupa Cahaya). Namun Tuhan justru menggunakan ketidakpantasannya sebagai pewarta bagi bangsa-bangsa non Yahudi.
Yesaya, merasa sebagai seorang najis bibir (kotor, berdosa) karena kata-kata dan tindakannya sebagai manusia dirasa telah tercemar oleh dosa. Sehingga takut mati, saat melihat Tuhan yang sangat mulia dan para serafim-Nya. Namun, Tuhan melalui salah satu serafim-Nya meneguhkan:
“Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.”
Hal itu tentu sangat menguatkannya, sehingga ketika Tuhan bertanya siapa yang mau diutus-Nya untuk mewartakan, Yesaya sudah merasa diri pantas.
“Ini aku, utuslah aku!” Kata Yesaya.
Pesan hari ini
Tuhan saya memang tidak pantas di hadapan-Mu. Namun saya percaya oleh kerahiman-Mu, Engkau berkenan mengampuni dosaku yang membuatku mampu berkata,
“ini aku Tuhan, utuslah aku”.
“Aku berharap bahwa aku adalah apa yang Engkau inginkan.”