Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Merayakan Tahun Baru Bersama Bunda Maria

Merayakan Tahun Baru Bersama Bunda Maria

0

Setiap tahun baru kita diajak untuk merayakannya bersama Bunda Maria. Mengapa? Gereja Katolik memilih tanggal 1 Januari setiap tahun sebagai Hari raya Perawan Maria Bunda Allah. Saya tidak tahu latar belakang mengapa Gereja memilih tanggal itu namun bagi saya pemilihan tanggal ini menarik. Tanggal 1 Januari merupakan permulaan tahun. Hal ini setidaknya mengingatkan umat Katolik untuk memulai tahun baru dengan meneladan Bunda Maria. Apa yang perlu kita teladani? Banyak! Terutama dalam menjalani hari-hari yang seringkali diwarnai berbagai macam kejutan hidup.

 

Ada sebuah cerita dari sepasang orang tua yang sudah senior bagaimana mereka berusaha menghayati hidup berkeluarga dan mendidik anak. Mereka selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga dan anak-anak. Segala hal dihitung dengan teliti: berapa pendapatan mereka dan bagaimana pendapatan itu dialokasikan untuk kebutuhan keluarga. Mereka membuat rencana yang sangat tertata, dengan manajemen rapi, bagi keluarga dan anak-anak mereka: dimana mereka menyekolahkan anak-anak? Bagaimana biaya sekolah tercukupi? Kegiatan apa lagi yang dapat mengembangkan aspek jasmani dan rohani mereka? Bagaimana mereka tetap memberikan cinta yang cukup pada mereka? Bagaimana keluarga tetap hidup berkecukupan namun tetap sederhana? Bagaimana supaya komunikasi antar ayah, ibu, anak dapat berjalan dengan baik, dsb? Singkat kata, secara manusiawi mereka telah berusaha dengan keras membuat rencana dan melaksanakan sebuah rencana “ideal” hidup berkeluarga.

 

Namun demikian, rencana mereka yang telah disusun dan dicoba dilaksanakan dengan semaksimal mungkin tidak selalu sesuai rencana. Ada faktor-faktor di luar kekuasaan mereka sebagai orang tua. Faktor-faktor pergaulan anak, lingkungan sekolah anak, teknologi komunikasi yang semakin maju dan tidak bisa dihindari, berbagai media komunikasi yang semakin maju, kebijakan lingkungan kerja orang tua, keadaan politik, keadaan alam, keadaan ekonomi global, dsb bisa jadi memberikan banyak “kejutan” atas berbagai rencana yang sudah dibuat.Artinya, apa yang sudah 100% diusahakan keluarga yang baik, belum tentu berjalan sesuai rencana karena berbagai macam “faktor kejutan” tersebut.

 

Oleh karena itu, keluarga yang sudah senior tersebut berkesimpulan bahwa faktor di luar kekuasaan mereka hendaknya dibawa ke ranah doa. Hanya dalam kehidupan doa, mereka bisa menyerahkan segala rencana, usaha, “manajemen keluarga”, dsb ke tangan Tuhan. Justru di sinilah orang dapat meneladan Bunda Maria, yang salah satu perayaan untuk menghormatinya jatuh pada setiap tahun baru.

 

 

Bunda Maria Yang Kontemplatif

Bunda Maria melihat dan menghayati hidup kesehariannya sebagai sebuah “kontemplasi”, yakni mengkaitkan segala perbuatan, pikiran, perasaan, dsb sehari-hari dengan sebuah iman yang kuat pada Tuhan. Dalam buku “Maria Bunda Iman Kita”, Romo J. Darminta, SJ menulis,”Bunda Maria melihat dan merasakan dari lubuk hati terdalam, bahwa Allah dengan penuh kuasa sedang berkarya dalam dirinya maupun dalam umat-Nya. Maka Bunda Maria hanya berbuat satu hal, yaitu menyerahkan diri agar digunakan oleh Allah untuk karya-Nya. Membiarkan kuasa Allah nampak dalam hidupnya dan dalam umatnya itulah yang dia lakukan. Dalam dan dengan kehidupan yang seperti itu, Bunda Maria menyatakan dan mewartakan kepada kita bahwa manusia pada dasarnya dipanggil ke kesatuan dan persatuan dengan Allah. Inilah yang disebut kesatuan mistik.”

 

Keluarga sebagaimana cerita di atas sedang berusaha meneladan bunda Maria, yakni menyatukan segala usaha manusia dengan iman yang kuat pada Tuhan. Dengan demikian, keluarga tersebut sedang berusaha “hidup kontemplasi” sebagaimana dicontohkan oleh Bunda Maria. Setiap awal tahun baru keluarga tersebut seakan diingatkan bagaimana tahun dan waktu-waktu yang akan berlalu di tahun baru, yang kerap diwarnai dengan ketidakpastian dan banyak kejutan hendaknya disikapi dengan hidup kontemplatif, i.e. tetap berusaha keras dan cerdas secara manusiawi namun tetap mendasarkannya dalam kepasrahan iman yang total pada Tuhan.

 

Santo Ignatius Loyola memberikan rumusan yang bagus atas kesemua uraian itu, yang kurang lebih adalah demikian,”Berusahalah seakan-akan itu semua tergantung dari usahamu.Serahkanlah semuanya itu pada Tuhan seakan-akan semuanya tergantung pada kehendak Tuhan.” Selamat Tahun Baru 2012.


NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version