SATU kesempatan langka dan tentu menjadi impian bagi semua orang bisa berwisata ke Raja Ampat, Papua gratis pula. Itulah yang saya alami Bulan Mei (18-19/5/2015). Siapa yang tidak tahu Raja Ampat. Kabupaten di provinsi ujung timur Indonesia yang telah mendunia, yang terkenal akan aneka ragam pesona keindahan alam laut dan bawah lautnya, serta panorama bukit serta pulau-pulau kecil berikut pantainya yang eksotik. Maka tak perlu berpikir, saya langsung menerima tawaran itu.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang dikenal memiliki belasan ribu pulau dengan pesona keindahan alam yang mampu membius wisatawan. Tidak hanya wisatawan lokal tetapi juga internasional. Baik pulau yang berpenghuni maupun yang belum terjamah manusia, Raja Ampat adalah salah satunya.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, nama Raja Ampat telah bergaung hingga ke manca negara. Bahkan beberapa wisatawan asing menjadikan Raja Ampat sebagai salah satu destinasi wisata, khususnya mereka para pecinta diving dan snorkeling, dan surfing.
Raja Ampat menawarkan pesona alam laut dan pantai yang eksotik. Namun pesona alam bawah lautnya jauh lebih memesona. Ini adalah testimoni mereka yang pernah menyelam di kepulauan Raja Ampat. Karena memang tidak semua wisatawan termasuk saya bisa merasakan kesempatan ini (menyelam). Selain mahal, menyelam juga memerlukan keahlian khusus. Butuh sertifikat keahlian pula. Jadi disini saya tidak akan bercerita tentang pesona alam bawah laut yang menjadi primadona wisatawan asing.
Ada beberapa tempat di Kepulauan yang terdiri dari empat bukit karang besar ini yang bisa dijadikan destinasi bila Anda berkeliling di sekitarnya dengan kapal.
1. Batu Pensil
Batu Pensil menjadi tempat singgah pertama saya dan rombongan. Batu Pensil adalah bukit karang yang berbentuk seperti pensil yang seolah tertancap di atas permukaan laut. Batu pensil menjadi unik dan menarik wisatawan karena bentuknya yang lain daripada yang lain.
Ketika kapal mulai memasuki kepulauan Raja Ampat, saya seakan memasuki sebuah “kerajaan” karang, dimana bukit-bukit karang yang berbentuk kerucut dan bulat berjejer tersebar bagaikan sebuah tembok kokoh yang melindungi sebuah kerajaan. Bukit-bukit karang ini ditumbungi aneka macam pepohonan, sehingga dari kejauhan terlihat seperti gunung-gunung hijau.
Di sekitar batu pensil terdapat dermaga, sehingga kapal bisa bersandar dan penumpang bisa turun ke dermaga melihat secara dekat batu karang lancip yang tinggi menjulang. Saya pun memuaskan diri untuk berfoto dan selfie pastinya..klik…klik..klik.
2. Batu Wajah
Sama seperti namanya, batu ini memang terlihat seperti wajah manusia. Jika melihat batu ini dari samping, maka kita akan melihat bentuk wajah manusia yang terdiri dari dahi, hidung, mulut dan dagu. Sehingga dari jauh batu ini terlihat seperti kepala manusia yang mengapung di tengah laut. Batu ini awalnya adalah bukit karang, sama seperti batu pensil, namun karena proses alam, bukit-bukit karang ini berubah bentuk. Di sekitar batu wajah juga terdapat dermaga, namun saya hanya meilhatnya dari dermaga batu pensil yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh. Setelah puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalanan.
3. Gua Kelelawar
Pemberhentian berikutnya adalah goa kelelawar. Sebuah cerukan di bawah bukit karang yang tampak seperti gua. Gua ini tidak terlalu dalam, sehingga dari atas kapal terlihat bagian dalam gua. Yang menarik dari gua ini adalah stalaktit yang terjurai ke bawah. Stalaktit yang terbentuk dari tetesan air di langit-langit gua ini membentuk stalaktit yang cantik. Saat kapal mendekati gua, tampak beberapa kelelawar menggantung terbungkus sayap mereka. Binatang malam ini sedang terlelap di antara stalaktit. Mungkin inilah mengapa gua ini disebut Gua Kelelawar.
Setelah puas mengelilingi “kerajaan” karang. Kami singgah ke perkampungan nelayan Yenbeser. Di sana kami menikmati kelapa muda yang langsung dipetik dari pohon, cukup menyegarkan setelah sepanjang hari terpapar matahari.
Tidak hanya itu, di kampung ini bahkan bisa berenang di pantainya yang bening nan segar. Saya dan beberapa kawan menceburkan diri ke laut dan berenang. Byurrr..rasa lelah dan penat langsung sirna kala air laut yang dingin membasahi tubuh. Beberapa anak-anak asli kampung ini ikut berenang bersama kami. Yang menarik adalah saat saya berenang, beberapa jenis ikan yang berwarna warni mendekati dan berenang di kanan kiri saya. Puas berenang dan minum air kelapa muda, kami harus meninggalkan perkampungan ini karena hari sudah senja.
Perjalanan kami berakhir di Waiwo Dive Resort. Sebuah resort yang menjadi tepat kami bermimpi di Raja Ampat. Kapal yang telah membawa kami berkeliling pulau mulai merapat di dermaga, saat turun ke dermaga saya melihat air laut yang bening sehingga aneka jenis ikan berwarna-warna terlihat jelas dari atas permukaan air. Pikiran iseng saya langsung menggelitik “kalo di Jawa pasti ikan-ikan ini habis ditangkap untuk dijadikan ikan hias atau lauk di meja makan”.
Banyak sekali jenis ikan yang berenang di dermaga ini, ikan kecil-kecil berenang berkelompok, sedangkan ikan ukuran besar berenang bebas seolah menjadi penguasa di tempat itu.
Waiwo Dive Resort menyajikan berbagai fasilitas yang bisa dinikmati para tamu. Seperti hunian yang nyaman berupa cottage, dan family room, restoran, cafe and bar yang menyediakan menu makanan dan minuman mulai menu tradisional hingga western. Gasebo untuk tempat bersantai bersama keluarga atau teman-teman sambil menikmati kopi dan snack juga tersedia. Begitu pula bangku-bangku malas yang berjejer di bibir pantai di bawah rimbunnya pepohonan sengaja disediakan untuk memanjakan para tamu yang ingin menikmati panorama laut sambil sesekali melihat dolpin (lumba-lumba) yang menari, melompat diatas permukaan laut.
Saya termasuk beruntung karena pagi harinya bisa menyaksikan langsung atraksi kelompok lumba-lumba yang berenang bebas di laut lepas. Bagi tamu yang hobi menyanyi seperti saya, tersedia fasilitas karaoke. Saya tak ingin melewatkan malam begitu saja, saya dan beberapa kawan bernyanyi sampai puas, sebelum akhirnya rasa kantuk mengantar kami ke kamar masing-masing.
Waiwo Dive Resort memiliki keistimewaan dibanding resort-resort lain di Raja Ampat. Tempatnya sangat rindang, karena banyak pepohonan, sehingga menjadikan resort ini sejuk. Waiwo-Raja Ampat sangat panas, suhu udara biasa mencapai 39-40 derajat. Namun di waiwo resort tidak demikian. Berada di resort ini seperti berada di dalam hutan, sehingga selalu terasa sejuk meski suhu diluar resort sangat panas.
Secara ekonomis, harga sewa per malam Waiwo Dive Resort relatif terjangkau dibanding resort-resort di sekitar Raja Ampat. Harga sewa per malam per kepala adalah 850.000 IDR, sudah termasuk makan 3x. Dengan harga yang murah bukan berarti fasilitas yang diberikan murahan. Kamarnya bagus, bersih, makanannya juga enak, dengan menu yang berbeda-beda tiap harinya. Yang jelas selalu ada menu ikan, dan ini menu favorit saya, baik ikan bakar, ikan kuah kuning, maupun ikan gorengnya.
Bagi tamu yang gemar menyelam, Waiwo Dive Resort juga menyediakan fasilitas menyelam. Harganya cukup terjangkau. Jika mengambil paket harganya lebih murah. Saya merekomendasikan resort ini, karena selain murah, lengkap, nyaman juga ramah. Jika sebagian besar resort di Raja Ampat dikelola orang asing, waiwo Dive Resort adalah salah satu resort yang dikelola orang lokal. Pemilik Resort ini bernama Linda, seorang pengusaha asli Jawa Timur. Linda siap menjemput dan mengantar tamunya keliling Raja Ampat, hal yang sama dilakukan Linda saat kami tiba di pelabuhan Wasai. Menjadi ciri khas orang lokal yang sangat ramah, Linda menyambut kedatangan kami.
“Orang berpikir ke ke Raja Ampat itu mahal, padahal faktanya tidak demikian. Kalau ke raja ampat sendiri, ya pasti mahal, tapi ada trik supaya murah. Datanglah beramai-ramai 10,20 atau 25 orang atau lebih. Ini akan menghemat biaya, krn ongkos sewa kapal bisa lebih murah kalo ditanggung bersama. Apalagi jika ambil paket, bisa lebih hemat lagi,”terang Linda yang sudah puluhan tahun tinggal di kepulauan Raja Ampat.
6 Jam Penerbangan
Untuk sampai di kepulauan Raja Ampat, kota terdekat yang dapat dijangkau pesawat terbang adalah Sorong, dengan jarak tempuh sekitar 6 jam penerbangan dari Jakarta. Biasanya transit terlebih dahulu di kota Makasar. Tiba di kota Sorong kemudian lanjut ke Wasai, ibu kota Raja Ampat. Dapat ditempuh dengan 2 pilihan moda transportasi yakni pesawat dan kapal feri cepat.
Saya dan rombongan memilih kapal feri cepat, selain murah juga karena rombongan kami cukup banyak. Berangkat dari pelabuhan Sorong menuju Pelabuhan Wasai. Kapal yang saya naiki cukup besar, memuat kurang lebih 250 penumpang dengan tarif 150.000/orang untuk kelas ekonomi. Ini adalah pertama kalinya saya naik kapal. Di dalam ruang kapal cukup nyaman dan ber-Ac, karena bosan sayapun tertidur. Setelah kurang lebih 2 jam tibalah kami di pelabuhan Wasai.
Di pelabuhan ini terdapat tulisan besar RAJA AMPAT berwarna merah yang langsung terlihat begitu saya keluar dari kapal. Di sudut dermaga pelabuhan Wasai telah menanti sebuah kapal kecil, siap mengantar kami berkeliling. Saat kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan, keelokan raja ampat yang terkenal itu mulai tampak, laut yang biru nan bening, serta gugusan bukit karang yang tersebar di laut berdiri kokoh menyambut kami.
Beruntung saat itu cuaca sangat cerah dan panas, sehingga panorama cantik itu tak terhalangi apapun, bahkan gumpalan awan-awan cantik menghiasi langit biru terlihat sangat jelas. Tak puas melihat pemandangan dari dalam kapal, saya pun keluar dan naik ke atas galangan kapal. Matahari yang tepat berada diatas kepala tak mampu menahan saya untuk tetap berada di atas kapal. Karena mata ini seolah tak terpuaskan. Meski suhu pada saat itu mencapai hampir 40 derajat, sangat panas. Jepret.. jepret saya pun mengabadikan keindahan alam Raja Ampat melalui ponsel.
Berbeda dengan tempat wisata lain
Ya, harus diakui melancong ke Raja Ampat berbeda dengan di tempat lain. wisata ke tempat ini bisa dibilang bukan wisata massal. Mengapa demikian? karena sarana prasarana transportasi belum tersedia secara massal. Alat transportasj satu-satunya adalah kapal yang tak murah. Sewa kapal yang harganya tak murah ini baru sekedar untuk memuaskan mata. Karena keindahan alamnya ada di laut lepas yang cukup luas.
Belum lagi jika kita ingin ke Pulau Wayag. Untuk sampai ke tempat ini saja, pengunjung harus membeli sebuah pin dengan harga 250.000 IDR per orang. Pin ini harus dipakai oleh setiap pengunjung Pulau Wayag. Pin ini berlaku sampai satu tahun. Artinya jika kita berkunjung lagi ke Pulau Wayag pada tahun yang sama, kita tidak perlu membeli Pin lagi. Tapi siapa yang akan dua kali ke tempat ini dalam setahun, jika dia bukan orang yang berdompet tebal. Belum biaya akomodasi dan sebagainya.
Sayang memang, pesona keindahan alam ini, hanya bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki dompet tebal, maka tak heran jika wisatawan asing jauh lebih banyak dibandingkan lokal.
Namun terkadang uang tidak akan menjadi masalah bagi kita, jika kita benar-benar menginginkan datang ke Raja Ampat. Rasa penasaran kita akan terpuaskan saat menginjakkan kaki di tempat ini. Sehingga uang yang kita keluarkan untuk biaya perjalanan ke Raja Ampat akan sebanding dengan apa yang kita dapatkan. Sebuah petualangan yang tak akan pernah terlupakan kala bisa menikmati maha karya Agung Sang Ilahi bernama Raja Ampat.
Mungkin tips dari Linda, pemilik waiwo Dive resort bisa kita coba. Jika anda tertarik silahkan menghubungi Linda (081344390180).
Selamat bertualang!