Home BERITA Metanoia dari Jalan Sesat

Metanoia dari Jalan Sesat

0
Ilustrasi -- Bertobat tinggalkan masa lalu yang kelam (Ist)

Jumat, 20 Agustus 2021

Rut.1:1.3-6.14b-16.22.
Mat. 22:34-40

SESAL kemudian tiada gunanya. Namun itulah yang sering terjadi dalam kehidupan ini.

Hari-hari yang panjang dan tidak mudah harus disusuri sebagai konsekuensi kembali dari salah jalan yang pernah dilalui.

Meski demikian, banyak orang yang merasa beruntung, ketika masih diberi kesempatan untuk memperbaiki kekeliruannya. Meski harus melalui lorong kehidupan yang sepi, sunyi, dan hampa.

“Saya menyesali apa yang telah saya lakukan di masa mudaku,” kata seorang bapak mengawali syeringnya.

“Dulu aku mengejar kesenanganku, hingga lupa Tuhan, lupa isteri dan anak-anakku,” lanjutnya.

“Puncaknya aku tinggalkan mereka dan pergi dengan perempuan lain,” kenangnya dengan sedih.

“Saya hanya menuruti nafsu dan egoku, hingga aku dibutakannya dan tidak bisa mempertahankan rumah tanggaku,” sambungnya.

“Ketika aku pergi, anak-anakku masih sangat memerlukanku, isteriku terpaksa membiarkanku, meski hatinya sangat terluka,” katanya.

“Selama lima belas tahun, saya pergi meninggalkan mereka. Isteriku dan anak-anak hidup susah dan berantakan hingga menjual aset dan rumah untuk menyambung hidup,” katanya lagi.

“Saya merasa menang, saya terlalu sombong bahwa tanpa saya mereka hancur berantakan. Malu rasanya jika mengingat kesombongan itu. Bagaimana saya bisa menepuk dada penuh keangkuhan melihat isteri dan darah dangingku sendiri hidup menderita?”sambungnya.

“Padahal aku harus mengakui bahwa bersama pasanganku yang baru, aku tidak pernah sebahagia dengan isteri dan anak-anakku dulu,” ujarnya.

“Dulu, aku bapak rumahtangga yang dihormati dan disayangi. Namun ketika aku pergi dengan perempuan lain dan tinggal bersamanya, aku hanyalah laki-laki biasa yang tidak dihargai dan disayangi,” ujarnya lagi.

“Selama 15 tahun, saya menjauh dari Tuhan. Saya selalu merasa gagal melaksanakan kehendak-Nya dalam hidupku. Meski saya selalu berusaha berdoa dan pergi ke gereja, namun ada kekosongan yang tidak pernah diisi oleh kehadiran Tuhan. Seperti ketika saya bersama isteri dan anak-anakku yang dulu,” ujarnya.

“Saya merasa gagal mencintai Tuhan dan sesama. Saya merasa berdosa pada Tuhan, isteri dan anak-anakku serta keluarga besarku,” katanya.

“Tuhan memberi waktu bagiku untuk kembali pada-Nya. Ketika isteriku sakit. Anak-anakku memberitahuku dan saat itulah aku putuskan untuk kembali dan merawatnya,” katanya

“Saya kini, hanya ingin memperbaiki jalan salah yang telah aku pilih dulu. Waktuku sepenuhnya aku abdikan untuk Tuhan, untuk menemani isteri, anak dan cucu-cucuku serta menolong orang lain,” katanya lagi.

Jalan kasih Tuhan itu penuh liku dan penuh dinamika.

Tidak pernah ada jalan buntu dalam membangun sikap yang benar dalam mencintai Tuhan dan sesama.

Menjalani cinta yang sempuna kepada Tuhan dan sesama itu perlu proses yang panjang dan perlu keteguhan serta pertobatan setiap waktu.

Berbahagialah kita yang pernah jatuh dan diberi kekuatan Tuhan untuk bisa bangkit kembali.

Bagaimana perjalananku dalam mencintai Tuhan dan sesama?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version