Home BERITA Mewaspadai Makanan Ultraproses

Mewaspadai Makanan Ultraproses

0
Ilustrasi - Asupan makanan yang baik dan sehat untuk kaum lansia (Chefs for seniors)

MASYARAKAT modern identik dengan segala kemudahan dan kepraktisan yang bertujuan mempermudah kehidupan sehari-hari. Hal ini juga berlaku untuk kepraktisan di dalam menyiapkan makanan.

Industri makanan seolah berlomba-lomba menyediakan berbagai produk yang dapat dikonsumsi dengan mudah dan segera (cepat saji). Ciri makanan modern: menarik, lezat, praktis.

Fakta ini harus disertai dengan pemahaman bahwa semakin banyak variasi jenis makanan, dan semakin mudah penyiapan serta ketersediaannya di pasaran, ternyata diiringi dengan peningkatan angka kejadian berbagai penyakit. Diabetes mellitus, penyakit jantung dan kardiovaskular (hipertensi, strok, serangan jantung, dll), dan kanker adalah penyakit-penyakit yang penyebabnya banyak dikaitkan dengan gaya hidup manusia modern.

Kasus yang terbaru adalah meningkatnya angka kasus gagal ginjal yang mulai banyak dijumpai pada anak-anak dan remaja. Semua penyakit tersebut tidak lepas dari pola makan manusia zaman sekarang.

NOVA: Empat golongan klasifikasi makanan

Makanan yang tersedia untuk kita konsumsi saat ini umumnya dapat dikelompokkan menjadi empat grup, yang dikenal sebagai The Nova Food Classification System. Pengelompokan ini dirancang oleh Pusat Studi Epidemiologi dalam Kesehatan dan Gizi, Sekolah Kesehatan Masyarakat, Universitas Sao Paulo, Brasil.

Klasifikasi Nova membantu orang mengelompokkan makanan menurut tingkat dan tujuan pengolahan yang telah dilalui. Pengolahan makanan versi klasifikasi Nova melibatkan proses fisik, biologis, dan kimia yang terjadi setelah makanan dipisahkan dari alam, dan sebelum dikonsumsi atau digunakan dalam persiapan hidangan dan makanan.

Menurut klasifikasi Nova, makanan kita dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Makanan yang tidak diolah atau diproses secara minimal. Ini meliputi buah, sayur, susu, daging, ikan, kacang-kacangan, telur, dan biji-bijian. Makanan tersebut dikonsumsi dalam kondisi segar, tidak mengandung bahan tambahan atau hanya sedikit mengalami perubahan dari keadaan alaminya.
  2. Bahan kuliner olahan; meliputi bahan makanan yang ditambahkan ke makanan lain, namun tidak dimakan secara terpisah, seperti garam, gula, dan minyak.
  3. Makanan olahan yang dibuat dengan menggabungkan makanan dari kelompok 1 dan 2; diolah sedemikian rupa, namun masih dapat dilakukan sendiri oleh juru masak rumahan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah selai, acar, buah dan sayur kalengan, roti dan keju buatan sendiri, serta berbagai produk fermentasi rumahan.
  4. Makanan ultraproses.

Makanan ultraproses

Makanan ultraproses adalah makanan formulasi industri yang dibuat seluruhnya atau sebagian besar dari zat yang diekstrak dari makanan (minyak, lemak, gula, pati, dan protein). Makanan ini berupa turunan dari bahan makanan lain (lemak terhidrogenasi dan pati yang dimodifikasi).

Umumnya disintesis di laboratorium dari substrat makanan atau sumber organik lainnya. Makanan ultraproses umumnya tidak dapat dibuat sendiri di dapur kita. Karena komponen dan prosesnya sangat kompleks. Secara umum, makanan ini diproduksi dengan tujuan:

  • Agar praktis dan murah.
    • Memiliki masa simpan yang lamaSiap dimakan atau siap dipanaskan
    • Membuat konsumen ingin memakannya lebih banyak karena rasanya sangat lezat

Makanan ultraproses selalu mengandung berbagai BTP (Bahan Tambahan Pangan); dengan kriteria pengkodean menurut Badan POM:

  1.  Pewarna (E100–E199).
  2.  Pengawet (E200–E299).
  3.  Antioksidan dan pengatur keasaman (E300– E399).
  4.  Pengental, penstabil dan emulsifier (E400–E499).
  5.  Pengatur keasaman dan anti kempal (E500–E599).
  6.  Penguat rasa (E600–E699).
  7.  Antibiotik (E700–E799).
  8.  Lain-lain (E900–E999).
  9.  Bahan tambahan kimia lainnya (E1000–E1599).

Contoh produk yang termasuk makanan ultraproses adalah:

  • camilan berlemak, manis, gurih, atau asin dalam kemasan;
  • daging, ikan, dan sayuran yang telah diolah dan diawetkan;
  • biskuit, pizza dan pasta yang telah dibekukan;
  • es krim dan makanan penutup beku; burger, hot dog, sosis beku; 
  • cokelat, permen, dan kembang gula secara umum;
  • ‘nugget’ dan ‘stik’ dari unggas dan ikan beku; 
  • cola, soda, dan minuman ringan berkarbonasi lainnya, minuman ‘energi’ dan sport drink
  • roti kemasan, hamburger, dan roti hot dog;
  • sup kalengan, sup kemasan, sup bubuk, dan sup ‘instan’ lainnya; 
  • berbagai produk instan: mi, saus, campuran minuman, dan bumbu-bumbu;
  • produk panggang yang dibuat dengan bahan-bahan seperti lemak nabati terhidrogenasi, gula, ragi, whey, pengemulsi, dan bahan tambahan lainnya;
  • yogurt yang dimaniskan dan diberi perasa; sereal sarapan;
  • minuman olahan susu, termasuk susu cokelat; susu formula dan minuman bayi;
  • shake pengganti makanan (misalnya, ‘slim fast’); 
  • jus buah yang dimaniskan;
  • margarin dan olesan;
  • minuman beralkohol sulingan seperti wiski, gin, rum, vodka, dll.

Efek makanan ultraproses terhadap kesehatan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara konsumsi makanan ultraproses dengan munculnya berbagai penyakit, yaitu:

  • kanker (payudara, kolorektal, pankreas);
  • asma;
  • perlemakan hati.
  • diabetes mellitus
  • hipertensi.
  • gangguan pencernaan (Crohn’s diseases, ulcerative colitis);
  • berbagai sindrom metabolik’
  • gangguan mental (insomnia, kecemasan), dan obesitas.
  • Apabila tidak diatasi, berbagai penyakit tersebut dapat membawa kematian.

Mekanisme munculnya efek negatif makanan ultraproses terhadap kesehatan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama, efek negatif muncul sebagai hasil interaksi dari  beberapa zat aditif yang berpotensi menimbulkan ‘efek campuran’ dengan implikasi yang lebih besar bagi kesehatan, dibandingkan paparan hanya satu macam zat aditif saja. Artinya, penggunaan bahan aditif dalam jumlah dan jenis yang lebih banyak, berpotensi memberikan efek negatif yang lebih besar untuk kesehatan. Yang kedua, makanan ultraproses dapat mengandung kontaminan yang berasal dari bahan kemasan, seperti bisfenol, mikroplastik, minyak mineral, dan ftalat. Bahan-bahan tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan karena termasuk di dalam senyawa yang disebut Endocrine Disrupting Chemicals (EDC). Pembahasan mengenai senyawa ini akan ditulis dalam artikel yang terpisah.

Efek negatif dari makanan ultraproses telah diketahui. Namun pilihan untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumi makanan yang sudah diketahui bahayanya, kembali pada individu masing-masing. Karena hidup itu adalah pilihan.

Bukankah demikian?

Kesimpulan

Mulailah mencermati komposisi dari makanan yang tertulis pada kemasan makanan sebelum kita beli dan konsumsi. Jika kita tidak mengenali beberapa bahan pada labelnya, kemungkinan besar itu adalah makanan ultraproses.

Semakin tinggi level pengolahan makanan, maka semakin banyak proses pengolahan yang dilalui, dan semakin banyak BTP yang ditambahkan pada produk tersebut. Akibatnya, semakin tinggi pula risiko mengonsumsi produk tersebut untuk kesehatan.

Masih mau mempertaruhkan kesehatan di masa depan? Hanya demi rasa lezat makanan dan kemudahan dalam penyiapan?

Jangan lagi.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version