Home BERITA Mewujudkan Iman dengan Bersukacita

Mewujudkan Iman dengan Bersukacita

0
Rasa sukacita bersama saat merayakan pesta peringatan 70 tahun karya misi Kongregasi Suster St. Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) -- Mathias Hariyadi

BERSUKACITA merupakan tanda iman kepada Tuhan. Orang yang bersukacita itu mampu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan.

Ada seorang bapak yang mesti mengorbankan hidupnya bagi seorang anaknya yang mengalami gagal ginjal. Ia memberikan satu ginjalnya bagi anaknya, karena ginjal itu sangat cocok bagi anaknya. Bapak itu mesti hidup dengan satu ginjal saja. Ia sangat mengasihi anaknya, sehingga ia begitu rela memberikan ginjalnya untuk sang anak.

“Dia anak yang sangat saya kasihi. Setelah kami mencari ginjal ke mana-mana, tidak ada yang cocok. Akhirnya dokter memeriksa saya dan menyatakan bahwa ginjal saya sangat cocok untuk anak saya. Saya memberikannya dengan penuh sukacita,” kata bapak itu.

Sang anak pun menerima kondisi itu dengan penuh sukacita. Ia merasakan begitu besarnya kasih Tuhan bagi dirinya melalui sang ayah. Ia sangat berterima kasih atas kebaikan Tuhan melalui ayahnya itu.

Suatu hari, ia berdoa, “Tuhan, terima kasih atas kasih dan kebaikanMu. Hidup ini sangat bermakna bagi saya. Sekarang saya tidak perlu bersusah hati lagi.”

Bertahun-tahun bapak dan anak itu hidup hanya dengan satu ginjal. Namun tidak ada suatu kendala pun yang mereka alami. Keduanya sangat berbahagia dalam hidup.

Mereka selalu bersukacita. Lebih-lebih mereka bersukacita karena Tuhan yang telah memberikan kehidupan mereka. Bagi mereka, inilah jalan Tuhan yang mesti mereka lalui.

Sukacita itu menyelamatkan

Setiap orang dipanggil untuk menyelamatkan sesamanya. Kita tidak boleh membiarkan satu hari pun berlalu tanpa memberikan dukungan bantuan yang penuh kasih kepada orang lain.

Caranya dengan memberikan memo, surat, sebuah kunjungan, mengirim SMS atau menelephone mereka. Semua itu mesti dilakukan dengan penuh sukacita.

Mengapa orang mesti membantu sesama dengan penuh sukacita? Karena sukacita itu menyelamatkan. Sukacita itu memulihkan.

Seorang bijaksana berkata, “Bersukacitalah di dalam Tuhan.” Karena itu, kita mesti bersukacita dalam setiap munculnya sinar mentari, setiap senyuman, setiap perbuatan baik atau penuh kasih, dan setiap pekerjaan yang tampaknya sepele.

Kita mesti melakukan sesuatu setiap hari untuk mengangkat jiwa baru keluar dari lautan dosa atau penyakit, atau keraguan.

Di sanalah manusia kerap jatuh di dalamnya. Tentu saja orang beriman tidak berjuang sendirian. Orang beriman selalu berjuang bersama Tuhan yang telah menjadikannya ciptaan yang paling disayanginya.

Untuk itu, orang beriman mesti selalu berada dalam kasih dan sukacita.

Mengapa? Karena kasih dan sukacita merupakan tanda-tanda adanya iman, keberanian, dan keberhasilan. Orang mesti tetap mengasihi dan bersukacita dalam situasi apa pun. Tuhan tidak pernah berhenti menyertai perjalanan hidup ini.

Mari kita berserah diri kepada Tuhan yang mahapengasih dan mahapenyayang. Dengan demikian, hidup kita menjadi sumber sukacita dan kasih bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Tuhan memberkati.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version