SEKOLAH sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi membimbing peserta didik menjadi cerdas. Cerdas artinya mampu berpikir mendalam. Karena itu para guru mesti mengajarkan cara berpikir kritis dalam keseharian hidupnya di sekolah.
Demikian disampaikan Uskup Keuskupan Atambua Mgr. Dr. Dominikus Saku Pr dalam rekoleksi kategorial jelang Paskah 2016 yang dihadiri hampir 500-an guru SD, SMP, SMK dan SMA se- Dekenat Belu Utara, Keuskupan Atambua.
Mgr. Domi menyebutkan, selain berpikir mendalam, pendidikan juga harus diarahkan untuk melatih peserta belajar berpikir meluas dan prospektif. Berpikir prospektif artinya berpikir jauh ke depan dengan segala perencanaan dan pertimbangan yang matang.
“Semua itu hanya bisa terjadi jika pendidikan di sekolah selalu memperhatikan keseimbangan antara kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan operasional,”ujar Monsinyur.
Menurut Monsinyur Domi, kecerdasan intelektual (IQ) muncul dalam kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berbicara secara bermutu. Kecerdasan spiritual (SQ) tampak dalam kebiasaan berdoa, ibadat dan kebaktian sebagai pengikut Yesus Kristus.
Demikian pula kecerdasan emosional (EQ) diwujudkan dalam kematangan sikap dan kestabilan emosi. Sedangkan kecerdasan operasional (AQ) diindikasikan dengan ketrampilan bekerja, baik menggunakan anggota badan maupun dengan menggunakan peralatan-peralatan dalam bekerja.
Arah pastoral
Uskup juga mengingatkan para guru tentang arah pastoral Keuskupan Atambua tahun 2016 yang menekankan ketrampilan hidup yang berjenjang dan berkesinambungan. Sebagai lanjutan perhatian pastoral di bidang pendidikan yang menekankan pendidikan sikap terlebih pembentukan sikap iman dan moral pada tahun sebelumnya.
Sementara pada sesi dialog, Uskup Domi juga menyentil kurangnya perhatian siswa-siswi dewasa ini terhadap pendidikan di sekolah-sekolah. Ada kesan, banyak anak sekolah “pensiun” sebelum waktunya. Ketika banyak orang dewasa masih ingin sekolah lebih lanjut, para siswa malah tidak bergairah dalam belajar. Di sisi lain, prosentasi hasil kelulusan ujian akhir tampak gemilang.
“Nanti tidak ada beda antara pintar dan bodoh. Ini menjadi kesulitan dalam dunia pendidikan,” tuturnya sambil mengajak agar para guru lebih serius melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik. Guru hendaknya memberi motivasi supaya peserta didik selalu tekun belajar.
Deken Belu Utara, Rm. Stefanus Boisala, Pr dalam penutupan mengatakan, setiap orang diandalkan dalam bidang tugasnya masing-masing. Dan hanya para gurulah yang menjadi orang andalan dalam dunia pendidikan formal di sekolah-sekolah. Mereka menjadi tokoh kunci dalam pendidikan katolik yang lebih berkualitas.