PERHATIAN Gereja terhadap kesehatan menjadi keprihatinan yang selalu didengungkan terus menerus. Hal ini disampaikan Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr dihadapan para petugas kesehatan yakni para dokter dan perawat, (Senin, 27/2) di aula Santo Dominikus, Emaus, Keuskupan Atambua. Rekoleksi ini menjadi kegiatan tahunan sekaligus pembekalan untuk pelaksanaan tugas rutin dalam pelayanan terhadap orang-orang sakit.
Bertepatan dengan perayaan hari orang sakit sedunia yang ke-25 pada, (Sabtu, 11/2) yang lalu, telah dirayakan untuk tingkat dunia di Lourdes dan dipimpin langsung oleh Bapa Suci Paus Fransiskus. “Hari rekoleksi yang kita lakukan sebenarya mempuyai tujuan yang penting. Tidak semata rutinitas. Kehadiran para petugas medis perlu dilihat sebagai pengungkapan iman yang terarah kepada pelayanan kasih ilahi. Perjumpaan seorang dokter, para petugas kesehatan dengan pasien sebagai perjumpaan kasih. Seruan Bapa Suci agar kita menjadi pelayan bagi sesama. Belajar untuk bekerja dengan hati,” kata Mgr. Saku diawal renungan mimbarnya.
Pendampingan bagi para petugas medis menjadi pembekalan untuk tugas-tugas khusus yang dijalankan. Secara khusus pula Mgr. Dominikus menyentil ajaran-ajaran Gereja yang bisa menjadi acuan untuk belajar mendapatkan pengetahuan baru. “Gereja mempunyai satu panggilan yang dinamakan pilihan mendasar bagi mereka yang berkekurangan, yang paling lemah serta luput dari perhatian.
Keterpanggilan ini menjadi pilihan mendasar untuk Gereja. Siap melayani kapan pun dan di mana pun. Melayani dengan totalitas diri. Untuk orang sakit, pelayanan bagi mereka sungguh sangat mendesak dan dibutuhkan. Ajaran Gereja yang perlu dipahami bersama adalah keselamatan jiwa manusia berada di atas segala sesuatu. Bahkan dengan karya pelayanan, kita telah melakukan solidaritas sosial. Kita mengambil bagian dalam kasih dan kebaikan Tuhan. Kita merasa terpanggil dalam tugas sebagai murid-murid Tuhan dan ikut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang sakit. Ini tugas mulia. Ingat ini. Obat hanya menyembuhkan sedikit penyakit yang diderita. Hati dokter dan perawat menyembuhkan lebih banyak yang diderita. Tapi kematian menyembuhkan semuanya,” pesan pastoralnya di hadapan para peserta rekoleksi dengan mantap.
Ketua Persatuan Karya Darma Kesehatan Indonesia (perdaki), Suster Kristera, PI sangat antusias menyambut kegiatan rekoleksi untuk para petugas kesehatan. Baginya penting karena bisa memberi makna bagi tenaga medis dalam pengungkapan iman mereka. “Tenaga medis mendapat pembekalan untuk peningkatan karya pelayanan serta pengungkapan iman dalam tugas pengabdian. Bapa Uskup menyarankan 2 tahun yang lalu agar diberi animasi. Ini berjalan dan bisa berjalan. Penting untuk pemaknaan tugas dalam pelayanan orang sakit. Layanilah dengan hati. itu bentuk ungkapan iman yang benar,” ungkap Suster Kristera sebelum pertemuan dimulai.
Sejumlah besar peserta yang hadir memberi kesan akan pentingnya kegiatan rekoleksi. “Kehadiran dalam rekoleksi ini menarik karena Bapa Uskup bisa memberi motivasi agar kami petugas kesehatan semakin giat melayani bukan semata karena tugas tapi sebagai panggilan karena melayani dengan hati,” kata Dionisius Leki, salah satu peserta yang hadir. Rekoleksi diakhiri dengan misa yang dipimpin Vikaris Jenderal (vikjen) Keuskupan Atambua, Romo Theodorus Asa Siri, Pr.
Perhatian Gereja terhadap kesehatan menjadi keprihatinan yang selalu didengungkan terus menerus. Hal ini disampaikan Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr dihadapan para petugas kesehatan yakni para dokter dan perawat, (Senin, 27/2) di aula Santo Dominikus, Emaus, Keuskupan Atambua. Rekoleksi ini menjadi kegiatan tahunan sekaligus pembekalan untuk pelaksanaan tugas rutin dalam pelayanan terhadap orang-orang sakit.
Bertepatan dengan perayaan hari orang sakit sedunia yang ke-25 pada, (Sabtu, 11/2) yang lalu, telah dirayakan untuk tingkat dunia di Lourdes dan dipimpin langsung oleh Bapa Suci Paus Fransiskus. “Hari rekoleksi yang kita lakukan sebenarya mempuyai tujuan yang penting. Tidak semata rutinitas. Kehadiran para petugas medis perlu dilihat sebagai pengungkapan iman yang terarah kepada pelayanan kasih ilahi. Perjumpaan seorang dokter, para petugas kesehatan dengan pasien sebagai perjumpaan kasih. Seruan Bapa Suci agar kita menjadi pelayan bagi sesama. Belajar untuk bekerja dengan hati,” kata Mgr. Saku diawal renungan mimbarnya.
Pendampingan bagi para petugas medis menjadi pembekalan untuk tugas-tugas khusus yang dijalankan. Secara khusus pula Mgr. Dominikus menyentil ajaran-ajaran Gereja yang bisa menjadi acuan untuk belajar mendapatkan pengetahuan baru. “Gereja mempunyai satu panggilan yang dinamakan pilihan mendasar bagi mereka yang berkekurangan, yang paling lemah serta luput dari perhatian. Keterpanggilan ini menjadi pilihan mendasar untuk Gereja. Siap melayani kapan pun dan di mana pun. Melayani dengan totalitas diri. Untuk orang sakit, pelayanan bagi mereka sungguh sangat mendesak dan dibutuhkan. Ajaran Gereja yang perlu dipahami bersama adalah keselamatan jiwa manusia berada di atas segala sesuatu. Bahkan dengan karya pelayanan, kita telah melakukan solidaritas sosial. Kita mengambil bagian dalam kasih dan kebaikan Tuhan. Kita merasa terpanggil dalam tugas sebagai murid-murid Tuhan dan ikut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang sakit. Ini tugas mulia. Ingat ini. Obat hanya menyembuhkan sedikit penyakit yang diderita. Hati dokter dan perawat menyembuhkan lebih banyak yang diderita. Tapi kematian menyembuhkan semuanya,” pesan pastoralnya di hadapan para peserta rekoleksi dengan mantap.
Ketua Persatuan Karya Darma Kesehatan Indonesia (perdaki), Suster Kristera, PI sangat antusias menyambut kegiatan rekoleksi untuk para petugas kesehatan. Baginya penting karena bisa memberi makna bagi tenaga medis dalam pengungkapan iman mereka. “Tenaga medis mendapat pembekalan untuk peningkatan karya pelayanan serta pengungkapan iman dalam tugas pengabdian. Bapa Uskup menyarankan 2 tahun yang lalu agar diberi animasi. Ini berjalan dan bisa berjalan. Penting untuk pemaknaan tugas dalam pelayanan orang sakit. Layanilah dengan hati. itu bentuk ungkapan iman yang benar,” ungkap Suster Kristera sebelum pertemuan dimulai.
Sejumlah besar peserta yang hadir memberi kesan akan pentingnya kegiatan rekoleksi. “Kehadiran dalam rekoleksi ini menarik karena Bapa Uskup bisa memberi motivasi agar kami petugas kesehatan semakin giat melayani bukan semata karena tugas tapi sebagai panggilan karena melayani dengan hati,” kata Dionisius Leki, salah satu peserta yang hadir. Rekoleksi diakhiri dengan misa yang dipimpin Vikaris Jenderal (vikjen) Keuskupan Atambua, Romo Theodorus Asa Siri, Pr.