PADA hari Sabtu petang waktu Roma tanggal 5 Oktober 2019 mendatang, Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo akan dilantik menjadi Kardinal.
Pelantikan Mgr. Suharyo pada hari Sabtu petang akhir pekan ini akan berlangsung bersamaan dengan Pertemuan Konsistori Para Kardinal yang akan dipimpin oleh Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus akan melantik Mgr. Ignatius Suharyo menjadi Kardinal bersamaan dengan prosesi pelantikan 12 calon Kardinal lainnya dari sejumlah tempat di seluruh dunia.
Berkenaan dengan pelantikan Mgr. Ignatius Suharyo menjadi Kardinal, inilah beberapa kesan berisi harapan akan sosok Mgr. Suharyo dari dua adik kandungnya yakni Sr. Christine FMM dan Sr. Marga PMY.
Satu kakak kandung jadi imam Trappist
Lahir dari keluarga besar, Mgr. Ignatius Suharyo punya satu kakak kandung yang semasa hidupnya menjadi seorang rahib pertapa dan imam Ordo Trappist di Rawaseneng. Namanya Romo Suitbertus Ari Sunardi OCSO.
Romo Suitbertus OCSO telah meninggal dunia bulan Februari 2012.
Dua kakak kandungnya yang lain dan satu adik kandungnya lagi juga telah meninggal dunia. Kakak kandung lain bernama PC Suroso dan telah meninggal bulan Oktober 2018 dan satunya lagi adalah Henricus Subekti yang baru saja meninggal tanggal 15 September 2019.
Adik kandung lainnya adalah Yohanes Subagyo, mantan seminaris di Seminari Menengah Mertoyudan. Ia meninggal dunia bulan Desember 2016.
Berikut ini doa dan harapan dari dua adik kandung Mgr. Suharyo yang keduanya menjadi suster biarawati.
Mereka adalah Sr. Christine FMM yang kini bertugas di Susteran Regina Pacis di Slipi, Jakarta Barat, dan adiknya bernama Sr. Marga PMY yang kini bertugas di Wonosobo, Jateng.
Kabar dan ucapan selamat
“Saya mendengar kabar bahwa Mas Har (baca: Mgr. Ignatius Suharyo) diangkat menjadi Kardinal, ketika saya masih mengikuti rapat dengan para suster Kongregasi FMM di Sindanglaya, Cipanas, Jabar,” ungkap Sr. Christine FMM saat dihubungi Sesawi.Net.
Sr. Christine mengaku heran, ketika di layar HP-nya bermunculan ucapan selamat dari kolega suster FMM dan masih banyak lainnya.
“Begitu keluar dari Kapel, kok di HP saya muncul banyak ucapan selamat,” paparnya kemudian.
“Hati saya tenang dan tidak terlampau terkaget-kaget. Saya memilih berdiam diri dan tidak menyampaikan kabar tersebut kepada jaringan keluarga bahwa Mas Har diangkat menjadi Kardinal,” terang Sr. Christine menjawab Sesawi.Net di tengah perjalanan.
Namun dia juga mengaku tak kuasa menolak, ketika sejumlah kolega suster FMM datang memeluk dan menyalaminya bahwa kakak kandungnya –Mas Har– telah diputuskan Vatikan akan segera diangkat menjadi Kardinal.
“Setiap kali saya menerima ungkapan sukacita dan selamat dari kolega para suster, saya lalu membayangkan wajah Mas Har. Saya hanya bisa menjawab kepada mereka, ‘Mohon doanya untuk Mas Har’. Itu saja yang waktu itu hanya bisa saya ungkapkan,” jawabnya tangkas.
Mimpi yang menjadi kenyataan
Sekilas Sr. Christine FMM lalu membuka semacam kisah “rahasia”.
Pernah sekali waktu, katanya, dia bermimpi akan suatu “peristiwa” khalayan yang menurut dia sangat aneh.
Semacam déja-vu begitulah.
“Pada tanggal 15 Juni 2015,” begitu keterangan Sr. Christine FMM kepada Sesawi.Net, “dalam buku refleksi harian saya tertulis kisah mimpi tersebut.”
“Kok lucu juga ya, mengapa dalam mimpi tersebut saya sampai ‘berani’ mengenalkan Mas Har kepada suster lain sebagai ‘Kardinal’. Dan ketika catatan harian di bulan Juni 2015 itu saya buka lagi, eh ternyata mimpi itu sekarang jadi kenyataan,” paparnya.
Sekedar kisah lama melawan lupa. Pada tahun itu, memang santer muncul kisah berbau hoaks bahwa Mgr. Suharyo diangkat menjadi Kardinal.
Tanggungjawab besar
“Saya sungguh kenal keluarga saya dan tentu saja tahu siapa dan bagaimana Mas Haryo itu. Mungkin bagi banyak orang, dengan menjadi Kardinal tentu prestise pribadi dan pamor keluarga akan terdongkrak sekali,” tutur Sr. Christine FMM.
“Tapi saya kenal benar sosok dan jiwa Mas Har. Beliau tidak pernah kepikiran sampai ke situ. Beliau melihat predikat Kardinal itu sebagai tanggungjawab dan tugas yang lebih berat daripada hanya sebagai Uskup,” demikian Sr. Christine FMM.
“Karena itu, begitu siaran malam melalui jaringan WA itu bersliweran sana-sini di HP, maka saya tidak langsung buru-buru mengontak dan mengucapkan selamat pada Mas Har,” kata Sr. Christine FMM.
“Baru esok harinya, saya mengontak Mas Har dan mengucapkan, ‘Mas Har, ini banyak dukungan dan doa dari keluarga’ dan hanya itu saja yang saya tulis kepada kakak saya Mas Har,” tandasnya.
Tugas baru sebagai Kardinal itu datang menyapa Mgr. Suharyo, ketika usianya genap berumur 69 tahun di tahun 2019 ini.
“Bagi saya ini menjadi semacam cermin dan teladan. Di umur yang sudah tidak muda itu, beliau malah mendapat tugas tambahan yang tidak mudah dengan tanggungjawab besar,” kata Sr. Christine FMM.
Karena itu, akan menjadi “tugas bersama” bagi segenap anggota trah Keluarga Sedayu –nama dusun asal Mgr. Suharyo—untuk mendoakan beliau.
“Harapan saya sebagai adik kandung Mas Har ya sederhana saja. Semoga Mas Har bisa melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Kardinal dengan baik sesuai yang Tuhan inginkan dan Gereja harapkan dari beliau. Ini semua hanya demi kemuliaan Tuhan,” pungkasnya.
Sr. Marga PMY, adik kandung Mgr. Suharyo dan Sr. Christine FMM
“Saya malah tidak berminat berkomentar banyak tentang hal itu. Selain harapan agar Mas Har senantiasa didoakan oleh segenap umat dan itu saja harapan saya. Mohon dukungan bagi beliau,” papar Sr. Marga PMY menjawab Sesawi.Net. (Berlanjut)