SEBUAH foto goes viral sepanjang hari Minggu malam hingga detik ini. Foto ini menunjukkan Bapak Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo datang menyambangi kelompok ibu-ibu yang demo melawan rencana pemerintah mendirikan sebuah pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah.
Demo damai itu terjadi pada hari Minggu tanggal 31 Juli 2016 petang kemarin dan digelar tidak jauh dari Istana, Jakarta Pusat. Bapak Uskup Agung Keuskupan Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo datang menyambangi mereka dan sebentar mampir di sebuah tenda milik ibu-ibu pendemo. Sejenak kemudian: klik jepret and it goes viral very quickly.
“Saya mendatangi mereka, menyalami satu per satu para pendemo itu karena sebagian kecil dari mereka saya kenal,” tutur Mgr. Ignatius Suharyo menjawab Sesawi.Net hari Senin tanggal 1 Agustus 2016 siang.
Tidak pakai jubah, melainkan Bapak Uskup hanya berkemeja batik dan menyempatkan diri duduk di ’emperan’ tenda yang dibangun oleh ibu-ibu pendemo penentang rencana pembangunan sebuah pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng di Jalur Pantura wilayah Timur mulai dari Kudus, Pati, dan seterusnya menuju arah Timur hingga perbatasan Jawa Timur.
Catatan historis menyebutkan Pegunungan Kendeng dengan tekstur tanah berkapur ini membentang sangat luas dan sangat panjang di bagian utara lintasan pantai Pulau Jawa (Pantura) mulai dari Kabupaten Grobogan –sebelah timur Semarang- dan Kabupaten Pati hingga menuju kawasan utara di Kabupaten Jombang di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Ketinggian Pegunungan Kendeng kurang dari 1.000 m di atas permukaan air laut (dpl)
Protes publik terhadap rencana pembangunan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng itu sebenarnya sudah berlangsung lama. Protes warga lokal terhadap gagasan pembangunan pabrik semen ini tidak hanya terjadi di Semarang –ketika Mgr. Ignatius Suharyo masih menjabat Uskup Agung Keuskupan Semarang– melainkan juga di beberapa wilayah sektoral kawasan Pegunungan Kendeng di jalur Pantura Wilayah Timur Jawa Tengah.
Pesan moral
Kiranya, kunjungan sederhana dari seorang Uskup Agung Keuskupan Jakarta ke sebuah ‘arena protes publik’ seperti ini baru pertama kali terjadi di sejarah Gereja Katolik Indonesia. Sederhana, namun pesan dan maknanya sangat kuat bahwa Gereja Katolik berharap pemerintah bisa mengambil kebijakan politik yang bijak serta arif menyikapi rencana pembangunan sebuah prabrik semen dan respon penolakan yang amat kencang dari seluruh elemen masyarakat di kawasan Gunung Kendeng dan sekitarnya.
Selain soal isu lingkungan yang akan menggerus sumber mata air alami di kawasan Pegunungan Kendeng ini, pembangunan pabrik semen juga akan melahirkan dampak polusi yang luar biasa untuk lingkungan sekitarnya: debu, emisi karbon, lalu-lalang truk-truk bermuatan semen dan beton, dan seterusnya.