Home BERITA Mgr. Pius Riana Prapdi: Romo Wim van der Weiden MSF, Guru yang...

Mgr. Pius Riana Prapdi: Romo Wim van der Weiden MSF, Guru yang Pantas Digugu dan Ditiru (3)

0
RIP Romo Wim van der Weiden MSF. (Alfred B Jogo Ena)

ADA dua kosa kata bahasa Jawa yakni digugu dan ditiru.  Artinya, disimak didengarkan dan diteladani.

Dua kota tersebut biasanya disematkan pada kata ‘guru’ yang kemudian dijereng menurut ‘rumus’ kerata basa menjadi ‘digugu’ dan ‘ditiru’.

Nah, dua kosa kata tersebut ingin saya sematkan kepada almarhum guru/dosen saya: Romo Wim van der Weiden MSF.

Baca juga:   Catatan Melawan Lupa Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF: Romo Wim van der Weiden MSF, Pribadi Istimewa bagi Banyak Orang (2)

Mgr. Pius Riana Prapdi saat misa Natal di Stasi Tanjung Beringin Paroki Sepotong Keuskupan Ketapang, Desember 2016/Mathias Hariyadi)

Tentang beliau ini,  saya mempunyai kesan yang sangat baik. Beliau adalah benar-benar seorang guru yang pantas digugu dan ditiru.

Sungguh menghayati yang diajarkan

Beliau mengajarkan apa yang dia hayati dalam kesehariannya sebagai nilai-nilai kehidupan. Ia menghayati apa yang dia ajarkan kepada para mahasiswa –para frater calon imam dari berbagai rdo dan Kongregasi—dan itu dia lakoni setiap hari dalam kesehariannya sebagai seorang imam MSF dan pribadi yang hangat.

Bahan-bahan ajar dari Kitab Suci Perjanjian lama itu tidak menjadi sesuatu yang asing dan berat bagi para frater dan suster mahasiswanya yang setia mendengarkan di bangku kuliah. Melainka, bahan ajaran itu terasa sangat ‘membumi’ dan  aktual.

Ketika beliau mengajarkan Kitab Mazmur, misalnya,  saya merasa beliau sendirilah yang ‘bemazmur’ seperti  Daud.

Atau ketika mengajarkan Musa, beliau terasa menghadirkan sebuah atmosfir rohani layaknya ‘Musa’ sendiri itu yang kini tengah berbicara kepada kami, para mahasiswanya.

Buku bertiel  Setia,  Kendati Lemah bagi saya adalah sharing beliau sebaga pribadi yg benar-benar setia sekaligus rendah hati.

Perhatian besar kepada para  mahasiswanya juga sangat nyata.

Beliau senantiasa tidak segan rela mengayuh sepeda onthel-nya dari Wisma Nasareth ke Perpustakaan Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarya hanya untuk sekedar mencarikan bahan yang tadi sempat ditanyakan oleh mahasiswanya.

Luar biasa benar niatnya yang mulai ingin selalu membantu orang lain.

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version