SESI pertama dan kedua.
Pada hari Sabtu (6/12/2020), para frater dan seminaris di Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang mengadakan penyegaran jiwa dengan melaksanakan rekoleksi yang diadakan oleh Rektor Seminari Romo Andreas Setyo Budi Sambodo di kapel Seminari St. Laurensius Ketapang.
Fasilitator rekoleksi adalah Romo Zacharias Lintas Pr, Pastor Paroki Paroki Santo Carolus Borromeus Tembelina, Keuskupan Ketapang. Selain Romo Lintas, turut hadir Bapak Petrus Huang yang akan memberikan materi pertama pada sore hari di sesi pertama dan kedua.
Sementara sesi ketiga disampaikan oleh Romo Lintas pada pagi hari berikutnya.
Menggali potensi
Romo Lintas kemudian membuka rekoleksi dengan menjelaskan bahwa rekoleksi yang diadakan ini bertujuan untuk mempergnakan potensi yang ada pada setiap seminaris dan para frater.
Selanjutnya Romo Lintas juga membacakan agenda atau jadwal rekoleksi mulai hari Sabtu sore hingga Minggu pagi.
Pak Petrus Huang selanjutnya menjelaskan seberapa pentingkah sikap mindfulness yang akan dipelajari serta dipraktikan dalam kehidupan para seminaris dan frater sehari-harinya.
Pertama, pertanyaan dilemparkan kepada tiga seminaris, ”Siapakah yang pernah berpikir mengenai masa lalu, masa depan ataukah tidak terpikirkan apa-apa sama sekali?”
Ketiga seminaris memberikan jawaban yang bervariasi.
Ada yang memikirkan masa lalu, hal-hal yang telah terjadi, dan ada yang juga yang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi serta rencana masa depan.
Mindfulness
Sementara Pak Petrus menjelaskan lebih dalam bahwa sikap mindfulness merupakan momen kesadaran saat kita berlatih membawa kesadaran penuh untuk apa pun yang kita lakukan saat itu (Mat. 6:6).
Selanjutnya beliau menjelaskan dengan perikop mengenai doa, agar kita berdoa di tempat tersembunyi, menutup pintu dan kemudian berdoa kepada Bapa yang tersembunyi.
Lebih lanjut, sikap mindfulness yang diajarkan Tuhan Yesus ini juga mengajarkan bahwa kita harus senantiasa fokus secara menyeluruh kepada Tuhan dan tidak terganggu oleh hal-hal dari luar.
Ada beberapa cara untuk melatih sikap mindfulness.
- Pertama, dengan sikap tenang dan hening dalam aktivitas keseharian.
- Kedua, menikmati setiap waktu yang berjalan (presence).
- Ketiga, adalah dengan merefleksikan setiap kejadian dan menuliskannya ke dalam suatu catatan.
- Dan terakhir yang akan menjadi inti pokok yang dipelajari oleh para frater dan seminaris yaitu olah nafas.
Sebelum masuk dalam praktik olah nafas, Pak Petrus mengatakan bahwa sikap presence (menikmati saat ini) merupakan hal yang sangat penting dalam mengasah mindfulness.
Ia menjelaskan lebih jauh bahwa kecenderungan setiap orang memiliki pertama ketakutan pada masa lalu sehinga membuat dirinya tidak maju, tetapi kecenderungan memikirkan rencana masa depan yang membuat orang menjadi lebih maju.
Kesadaran
Maka penerapannya adalah sikap presence bahwa saat ini atau sekarang ini perlu melakukan segala sesuatunya dengan baik.
Hal ini dapat diilustrasikan misalnya saat menaiki tangga dari bawah hingga ke atas. Kebanyakan orang cenderung melihat jarak tempuh yang jauh atau tinggi saja sehingga enggan naik ke atas.
Namun orang yang memiliki sikap presence akan menikmati setiap langkah yang dia lakukan saat menaiki tanggal mulai dari bawah hingga nanti sudah berada di puncak.
Contoh konkret lain adalah saat makan, di mana kita menikmati setiap kunyahan, makanan yang masuk ke dalam perut. Atau saat mandi di mana kita merasakan setiap guyuran air yang jatuh mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
Ketika kita sudah mampu menikmati hari ini dengan baik, maka kita secara tidak langsung telah melatih sense kita, yang mampu mengubah pribadi secara perlahan-lahan ke arah yang lebih baik.
Perubahan-perubahan itu dapat berupa perubahan cara kerja, perubahan cara belajar, perubahan cara bersikap pada orang lain ke arah yang lebih baik.
Kisah penciptaan manusia berbeda dengan penciptaan alam semesta, hewan dan tumbuhan yang hanya menggunakan sabda.
Tetapi manusia, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan diberi hidup dengan nafas-Nya.
Maka, nafas merupakan salah satu rahmat Tuhan yang paling besar tidak disadari oleh manusia.
Manfaat olah nafas
Olah nafas yang akan dipraktikkan oleh Pak Petrus merupakah pengolahan nafas Tuhan (breathing with God) yang diberikan cuma-cuma kepada manusia.
Ada beberapa manfaat dari olah nafas.
- Pertama, olah nafas dapat memperlancar aliran darah.
- Kedua, dapat meningkatkan imunitas tubuh.
- Ketiga, olah nafas juga dapat memperbaiki pencernaan.
- Keempat, dapat memperbaiki postur tubuh.
- Kelima, meningkatkan energi. Keenam, manajemen stress dan juga melatih ketenangan.
Sebelum melaksanakan olah nafas, Pak Petrus menyarankan untuk membaca terlebih dahulu firman Tuhan di dalam Alkitab agar firman tersebut menyatu di dalam tubuh pada saat mengolah nafas.
Hal yang dilakukan adalah dengan menarik nafas dari hidung dalam dalam dan menghembuskannya keluar sembari memejamkan mata.
Lakukan ini secara berulang-ulang sampai dada terasa penuh dan pada suatu ketika kita diminta untuk menghembuskan nafas hingga habis dan menahannya selama kurang lebih 40 detik.
Setelah itu, kita tarik nafas dalam-dalam dan kembali menahan nafas dengan waktu yang sama. Lakukan ini secukupnya sesuai waktu yang kita gunakan.
Pak Petrus menyarankan latihan pernafasan ini minimal 15 menit atau jika sempat 30 menit.
Barulah selesai latihan olah nafas, sekitar 5 menit melakukan pengendapan dengan tetap menutup mata agar bisa merasakan perjumpaan dengan Tuhan dari hati ke hati.
Pak Petrus menyarankan agar olah nafas ini dapat dilakukan setiap pagi (pukul 03.30-07.00). Karena udara pagi belum terkontaminasi polusi sehingga kaya akan oksigen dan baik untuk kesehatan.
Kemudian, saat bangun tidur jangan menyentuh HP terlebih dahulu karena setelah menyentuh ponsel, pikiran kita sudah terisi fokus kepada HP.
Olah nafas ini bisa dimanfaatkan jika kita mengalami sakit, caranya adalah dengan meniatkan maksud olah nafas pada bagian tubuh yang sakit.
Pak Petrus pernah mengalami cidera karena tidak sengaja menendang meja, setelah melakukan olah nafas sekitar tiga hari, cidera di kakinya akhirnya berangsur-angsur sembuh.
Sessi III: Pernafasan untuk fokus
Di sesi ini, Romo Zacharias Lintas menjadi pembicara dalam rekoleksi.
Sebelum memasuki sesi, ia minta para frater dan seminaris memperkenalkan diri masing-masing. Baru setelah itu, ia mengulangi kembali sesi sebelumnya mengenai mindfulnes terutama tentang olah nafas.
Romo Lintas juga meminta peserta untuk mempraktikkan teknik olah nafas selama 10 menit sehingga pikiran menjadi lebih segar.
Romo Lintas kemudian memberikan analogi mengenai ketidakfokusan seseorang.
Sebut saja ada si A dan si B. Suatu kali si B meminta kepada si A untuk membelikan mie goreng. Tetapi ketika si A pulang yang dibawanya bukanlah mie goreng, tetapi mie bakso.
Apa yang akan dirasakan ketika menghadapi pribadi si A?
Ada yang menjawab merasa jengkel, kesal, jera, tidak percaya lagi, marah dan lain-lain.
Dari analogi ini, poin penting yang ingin disampaikan kepada peserta adalah betapa pentingnya fokus pada sesuatu.
Maka, sangat penting mendengarkan orang berbicara secara tepat sehingga pikiran menjadi fokus dan tidak buyar.
Si A mengalami gagal gokus sehingga tidak menangkap informasi dengan tepat. Apa yang sebenarnya terjadi pada si A?
Belajar fokus
Romo Lintas menjelaskan lebih dalam bahwa beberapa alasan orang tidak menjadi fokus karena pertama ketidakrelaan sehingga pikirannya ke mana-mana.
Mungkin marah bisa menjadi alasan orang menjadi tidak fokus. Tidak fokus bisa terjadi juga karena tidak respect, kesombongan, dan sikap acuh tak acuh.
Yang digarisbawahi oleh Romo Lintas bahwa tidak baik ketika seseorang dikuasai oleh emosi yang berlebihan maka dapat menyebabkan orang mengambil keputusan secara tidak tepat.
Dengan olah nafas, kita dilatih untuk menjadi fokus.
Romo Lintas menegaskan bahwa kita dapat lebih menangkap informasi yang tepat agar tidak menjadi konflik dengan mengolah nafas setiap hari.
Pertanyaannya, bagaimana cara yang tepat supaya mampu memahami segala informasi yang masuk dengan tepat?
Pertama fokuskan pikiran terlebih dahulu. Selanjutnya mengulangi kembali informasi yang diperoleh dengan mengkonfirmasi apakah informasi tersebut sudah benar.
Selanjutnya membangkitkan sikap yang rela dalam melaksanakan perintah atau melakukan sesuai dengan informasi yang diterima.
Sehingga pada akhirnya, kita dapat melakukan pekerjaan secara tepat, mampu memberikan kepuasan kepada orang yang memberi informasi atau pesan dan juga memahami secara tepat pada apa yang diminta atau diperintahkan.
Setelah melaksanakan semua sesi, rekoleksi kemudian ditutup dengan misa pada pukul 10.00 di Kapel Seminari St. Laurensius Ketapang.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua orang terutama para frater dan seminaris yang mengikuti proses rekoleksi ini.