LANGKAH pertama saya lakukan dengan titik tolak merefleksikan peristiwa Minggu Kelabu saat stoke tiba-tiba menyergap saya. Dalam kepanikan, ternyata Tuhan masih menyertai saya –bolehlah saya menyebut ini sebagai suatu ”penyelenggaraan ilahi”.
Tuhan masih masih memberi kesempatan pada saya untuk tetap bisa berpikir dan melakukan apa yang perlu saya kerjakan saat itu. Termasuk minta bantuan teman-teman agar segera datang menengok saya di rumah yang klosotan tidak karuan.
Penyelenggaraan ilahi lain saya alami lagi hari Senin, tanggal 6 Juni dan hari Selasa tanggal 7 Juni. Betapa tidak. Hari itu, saya mendapat kunjungan dua orang suster Kongregasi Misionaris Claris dari Susteran CM di Duren Sawit, Jakarta Timur. Kedua biarawati ini bernama Suster Celina MC dan Suster Anna Maria MC. Setelah berbincang-bincang cukup lama dan sesaat sebelum pulang meninggalkan RS, kedua suster biarawati itu mengatakan demikian: ”Pak Nugroho, nanti kalau sudah boleh pulang, sudah punya rencana apa?”
Saya merespon spontan. Kata saya: ”Ya saya pulang ke rumah’. Pertanyaan selanjutnya: ”Di rumah dengan siapa?” Jawab saya: ”Dengan Tuhan Yesus”.
Kemudian Suster Celina CM berkomentar: ”Selain Tuhan Yesus, dalam kondisi fisik seperti macam ini Bapak membutuhkan orang lain untuk melakukan hal-hal yang belum bisa Bapak kerjakan”. Jawaban saya: ”hal itu belum terpikirkan, Suster!”
Perlu pendamping
Malam hari, pikiran saya mulai berkecamuk memikirkan hal-hal apa yang mesti saya kerjakan sesuai ”petunjuk” Suster Celina CM tersebut. Sampai saya tertidur pula, jawaban atas pertanyaan itu juga belum saya dapatkan. Esok harinya, pikiran saya juga masih kosong.
Tiba-tiba saja, suatu siang, saya mendapat telepon dari Suster Vero MC, pemimpin regional Kongregasi MC Indonesia. Kepada saya, Suster ini menawari saya agar bersedia memulihkan kondisi motorik saya di sebuah rumah sakit milik suster-suster MC di Madiun, Jawa Timur. ”Mohon izin, saya boleh mendiskusikan hal ini dengan anak sulung saya terlebih dahulu,” demikian jawaban saya atas ide Suster Vero MC ini.
Suster Vero MC kaget ketika saya memberitahu posisi dimana anak bungsu saya waktu itu berada: di Meksiko tengah mengikuti pendidikan menjadi calon suster alias biarawati religius sebagai anggota MC.
Beberapa hari berselang, saya diantar keponakan pergi menuju ke Madiun untuk rehabilitasi motorik. Oleh seorang terapist, saya dilatih untuk duduk-berdiri berkali-kali. Esok harinya, latihan dilakukan dengan metode lain: berjalan dengan bantuan tongkat bercabang tiga dan demikian seterusnya dari tanggal 16-19 Juni.
Di akhir cerita, Tuhan benar-benar memberikan kesembuhan lagi pada saya: bisa berjalan lagi tanpa bantuan tongkat bercabang tiga! Puji Tuhan dan rasa bersyukur membahana di hati saya kepada Allah dan sekalian para teman yang telah mendoakan saya selama perjuangan menerima kenyataan pahit: sakit.
Artikel terkait: