SEORANG ibu memiliki peran bagai sebuah jangkar bagi kapal yang berlabuh. Ia menjadi ‘suh’ pengikat dan pemersatu bagi ratusan lidi supaya menjadi satu, kokoh sebagai sapu.
Bernarlah ungkapan itu.
Keluarga-keluarga yang anaknya mulai berpencar ke luar kota karena pekerjaan dan perkawinan, tetap sering menyempatkan pulang ke rumah asal karena ada ibu. Sebab pada diri ibu, seseorang mengalami kehangatan pelukan, penerimaan maaf, pemahaman akan liku-liku hidup, masakan terenak di dunia. Kekhasan seorang ibu adalah pada kerahimannya. Ibu memiliki rahim, bukan hanya fisik, melainkan watak melindungi, memahami, memberi kehangatan, menjamin gizi.
Allah kita adalah Tuhan yang rahim. Sekalipun dia Bapa, pada hakekatnya Dia adalah Bapa yang penuh kerahiman. Seperti seorang ibu, bahkan jauh melampauinya dalam kualitas kerahiman, Allah Bapa kita kenal sebagai pribadi yang melindungi, memahami, memaafkan, merengkuh, memberi keberanian, membekali dengan gizi kehidupan, dan menyertai dalam setiap peziarahan kehidupan.
Pesta Kerahiman Ilahi
Hari ini, Gereja merayakan Pesta Kerahiman Ilahi.
“Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belaskasihKu yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahimanKu”.
Begitulah pesan Yesus yang diterima oleh Santa Faustina, penerima anugerah kerahiman Allah. Pengalaman Paskah adalah pengalaman menerima Kerahiman Allah. Hanya atas alasan cinta dan belaskasihNya kepada manusia, Allah rela mengorbankan AnakNya di kayu salib. Persembahan diri Sang Putra diterima dan dibenarkan oleh Allah Bapa dengan membangkitkanNya.
“Orang-orang yang menjadi percaya dan memberi diri dibaptis bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan… Dan tiap-tiap hari, Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan,”,demikianlah Kis 2 menceritakan. Orang-orang yang mengalami kerahiman Allah bergabung dalam persekutuan, membangkun persaudaraan, beribadah bersama, bertekun dalam pengajaran, dan bersaksi tentang kerahiman Allah.
Maka, marilah pengalaman kerahiman Allah melalui Paskah ini, kita tularkan dengan penuh sukacita kepada sesama dengan kesaksian kehidupan yang dipenuhi belaskasih.