PADA misa siang pkl 11.00 WIB di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga, Katedral Jakarta, Romo Albertus Hani Rudi Hartoko SJ, memberi homili menarik yang mudah dicerna tentang Kerahiman Ilahi.
Tahun Kerahiman Ilahi
Tahun 2000 ditetapkan sebagai Tahun Kerahiman Ilahi oleh Paus Johanes Paulus II pada saat acara kanonisasi Santa Faustina pada Minggu setelah Minggu Paskah. Kemudian pada tahun 2002 dideklarasikan seruan untuk menyebarluaskan devosi Kerahiman Ilahi.
Paus Fransiskus menguatkan upaya ini dengan menetapkan Tahun 2016 sebagai Tahun Yubileum Luar Biasa Kerahiman Ilahi.
Romo Hani Hartoko SJ yang menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki Katedral KAJ ini mengajak umat menimba dari pengalaman Paskah rahmat Kerahiman Ilahi Allah sendiri dengan melihat tiga inti dari Minggu Kelahiran Ilahi (MKI) dengan menjelaskan tiap huruf tersebut.
M = mohon belas kasih Tuhan
Mohon belas kasih Tuhan karena kerahiman Iahi adalah rahmat yang kita mohon.
Paus Fransiskus berulang kali menegaskan bahwa Tuhan tidak lelah berbelas kasih kepada kita. Kita malah yang lelah – dengan beragam alasan: mungkin takut, malas, malu, atau mungkin merasa sok tidak butuh kasih Allah.
Romo Hani mengingatkan bahwa memohon itu suatu proses, tidak bisa serta merta.
K = kita
Kita diajak untuk mengenalkan belas kasih sehingga kita menjadi komunitas yang berbelas kasih.
Romo Hani yang pernah bertugas di Paroki Santa Theresia ini merujuk ke tema Tahun Yubileum Luar Biasa Kerahimanan Ilahi yaitu ‘Berbelas kasihlah seperti Bapa di surga’.
Kita bisa belajar dari cara hidup jemaat perdana. Komunitas yang ditandai belas kasih dan belarasa satu sama lain. Mereka semua mengalami sukacita.
I = Iman
Iman ada di dalam motto dan juga di dalam lukisan Kerahiman Ilahi yang diwahyukan kepada Santa Faustina.
Juga di dalam Mazmur Tanggapan dalam Masa Paskah. ‘Batu yang dibuang oleh para tukang telah menjadi batu penjuru’.
Ketika tidak ada batu penjuru, hidup kita kehilangan makna dan arah, berantakan. Maka seperti Santa Faustina, kita berharap bisa juga mengaklamasikan “Tuhan Engkaulah andalanku”
Tidak mudah mengenali Kristus
Dalam Kisah Para Rasul tampak tidak mudah bagi para rasul dan saksi mengalami dan menangkap pesan dengan jelas saat Yesus menampakkan Diri sesudah kebangkitanNya.
Maka kita perlu mohon, perlu upaya dan usaha sekaligus rahmat dari Allah sendiri.
Kita melihat saksi-saksi awal, banyak hal yang bisa menjadi penghalang untuk mampu mengenali Kristus sungguh telah hadir. Bisa karena duka cita, frustasi, skeptis, atau ragu-ragu seperti Thomas. Butuh proses dan rahmat sampai keluar pengakuan Thomas ‘ya Tuhanku ya Allahku’.
Ketika mereka akhirnya mengerti, suka cita Injil memenuhi hati setiap orang yang telah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus yang bangkit tersebut.
Selalu ada pengharapan dalam hidup
Pada kondisi sulit seperti hari ini, Paus mengatakan sebagai orang Kristiani kita diundang untuk menerima Kristus yang bangkit. Bahkan jika engkau merasa jauh, datanglah, Yesus menanti dengan tangan terbuka.
Romo yang pernah bertugas sebagai Frater Wakil Pamong di Kolese Loyola Semarang ini menegaskan bahwa selalu ada pengharapan dalam hidup orang Kristiani.
Romo yang ramah dan low profile ini lalu mengutip kutipan dari penyair terkenal Ralph Waldo Emerson (1803-1882) ‘ Sorrow looks back. Worry looks round. Faith looks up’.
Kepahitan membuat kita hanya melihat masa lalu, kecemasan membuat kita hanya berputar-putar, tetapi iman membuat kita bisa menatap ke depan kendati tidak mudah.
Menutupi homilinya, Romo Hani Hartoko mengajak umat memohon belas kasih Tuhan dan menghidupi kerahiman itu agar menjadi komunitas belas kasih. Sehingga kita semakin teguh mengimani ‘Yesus Engkaulah andalanku’.