Home BERITA Minggu Prapaska III, 20 Maret 2022: Masih Ada Kesempatan, Bertobatlah

Minggu Prapaska III, 20 Maret 2022: Masih Ada Kesempatan, Bertobatlah

0
Melakukan atau menolak perintah sang ayah by Pericope.
  • Kel. 3:1-8a.13-15;
  • 1Kor. 10:1-6.10-12;
  • Luk. 13:1-9.

SEBENARNYA topik pembicaraan yang diajukan orang kepada Yesus dalam Injil hari ini sangat menarik. Arti penderitaan dan kematian.

Mengapa ada orang yang ‘mati berdiri’, bukan mati normal, tua, dan tenang?

Tapi Yesus tidak mau masuk dalam pembahasan teoritis itu. Jawaban Yesus tegas dan jelas: “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”

Jangan sibuk ngomongin dosa orang lain. Kamu tidak lebih baik dari mereka. Kamu lebih beruntung, masih dapat kesempatan. Bertobat lah.

Untuk memperjelas maksud-Nya, Yesus menceritakan perumpamaan pohon ara di ladang gandum.

Pohon ara adalah pohon yang mudah tumbuh di mana-mana karena akarnya dalam dan luas. Di pinggir jalan pun, pohon itu tumbuh.

Sebaliknya, pohon anggur, pohon yang butuh perawatan banyak. Tanah harus subur, batu-batu harus dibuang, harus ada para-para untuk tempat merambatnya, tidak boleh kena hujan waktu berbuah, karena akan busuk dsb.

Seharusnya, pohon ara yang tumbuh di kebun anggur akan berbuah banyak sekali. Tetapi, ternyata pohon ini tidak berbuah.

Selayaknya pohon itu ditebang. Tetapi tukang kebun mohon agar pohon ini diberi kesempatan satu tahun lagi dan ia akan memeliharanya agar pohon ini dapat berbuah.

Pertanyaannya, untuk apa menanam pohon ara di tengah kebun anggur?

Jika usaha tukang kebun itu berhasil, maka pohon ara itu tidak hanya berbuah, buahnya menjadi makanan yang nikmat bagi pemilik dan pekerja.

Keteduhannya memberi perlindungan atas terik matahari bagi para pekerja. Cabang-cabangnya menjadi tempat bersarang burung-burung yang akan memakan serangga yang mengganggu kebun anggur itu.

Pohon ara itu ditanam untuk menyebarkan kebaikan untuk kebun anggur itu dan manusia. Jika pohon itu tumbuh untuk menikmati kesuburan tanah bagi dirinya sendiri, maka tidak ada gunanya dia ditanam disitu.

Jadi jangan sibuk ngomongin orang. Hasilkan buah pertobatan, karena kita masih diberi kesempatan.

Kesempatan untuk bertobat, secara khusus diberikan kepada kita dalam masa Prapaskah.

Ada banyak kegiatan Prapaskah:

  • Puasa dan pantang;
  • Jalan Salib dan pendalaman APP;
  • Derma lewat kotak APP dan tabungan untuk orang miskin, serta doa kita.

Tetapi, apakah ini mengasilkan buah-buah pertobatan?

Atau sekedar hanya kegiatan yang boleh ditinggalkan sesudah Masa Prapaskah selesai?

Semoga semua kegiatan itu tidak hanya menjadi kegiatan rutin, yang hanya menambah kesalehan diri kita, tetapi juga menjadikan kita manusia yang lebih baik.

Kita perlu bertobat dalam kehidupan.

Tuhan Yesus memberi kita kesempatan sekali lagi untuk bertobat. Semoga pertobatan itu menjadi perubahan hidup yang tetap untuk lebih baiknya hidup kita.

Bersama orang lain, lingkungan dan masyarakat.

Ayah Edy, seorang pendidik di Bali, menceritakan pengalamannya sebagai berikut:

Suatu ketika, saya berkunjung ke rumah seorang teman, kebetulan profesinya adalah seorang terapis berbasiskan pada Neuro Language Programming atau NLP.

Ia bercerita bahwa, betapa ternyata potensi dan jalan hidup seseorang di masa datang, ternyata bisa di prediksikan dari sugesti atau hal-hal yang dia yakini.

Dan bahkan yang menarik adalah seluruh potensi dalam tubuh manusia sampai pada level terkecil itu akan mendukung apa yang diyakini oleh seseorang.

Jadi, keyakinan itu bisa menjadi segala-galanya yang menentukan hidup dan masa depan seseorang.

Hal ini juga sekaligus mematahkan pandangan-pandangan kuno tentang tes-tes yang katanya bisa mengukur potensi kecerdasan anak dsb.

Ia ternyata juga membuktikan bahwa banyak kliennya yang terdiri dari orang-orang yang tes IQ-nya biasa-biasa saja, namun setelah di berikan keyakinan-keyakinan postitif berubah menjadi orang yang luar biasa sesuai dengan keyakinan baru yang dimilikinya.

Kawan saya juga mengatakan bahwa sebagian besar keyakinan ini banyak di bentuk terutama dari kata-kata yang dia dengar sehari-hari tentang dirinya atau tes-tes yang mengukur tentang kemampuan dirinya.

Jika kata-kata buruk yang sering dia terima tentang dirinya, maka bisa dipastikan perlahan-lahan dia akan mulai berperilaku buruk, dan pada saat kata-kata yang berkesan dia bodoh, maka perlahan-lahan ia akan menjadi orang yang bodoh.

Begitu juga jika hasil tes yang dia terima di bawah rata-rata maka prestasinya akan terus turun dibawah rata-rata.

Jadi hati-hati dengan kata-kata dan tes-tes yang katanya bisa mengukur kemampuan seseorang, karena hal itu akan berakibat sangat besar terhadap masa depan seorang anak.

Kata kawan saya dengan nada sangat serius.

Toxic words

Tak lama setelah itu tanpa sengaja saya membaca sebuah tulisan yang berjudul The Toxic Words – Kata-kata Beracun. Yakni sebuah hasil interview terhadap anak-anak di penjara.

Isinya mengenai kata-kata apa saja yang sering mereka dengar tentang diri mereka dari lingkungannya dan orangtua mereka dulu sebelum masuk penjara.

Lalu dari sana disusunlah kata-kata beracun yang telah menggiring mereka untuk mendapat tiket ke penjara.

Berikut adalah 10 kata paling sering didengar sebelum mereka masuk penjara:

  1. Mengapa kamu selalu saja menyusahkan orangtua?
  2. Dasar kamu anak pembawa sial.
  3. Kamu memang tidak pernah bisa menjadi lebih baik.
  4. Lihat saja nanti hidupmu akan berakhir di penjara.
  5. Kamu memang anak terkutuk.
  6. Aku menyesal melahirkan kamu.
  7. Pergilah kamu ke neraka.
  8. Dasar anak setan.
  9. Lihat saja nanti, hidupmu pasti akan hancur.
  10. Jangan pernah berharap hidupmu akan sukses.

Sungguh saya jadi merinding melihat fakta yang membuktikan betapa kuatnya hubungan antara kata-kata terhadap masa depan anak-anak kita.

Segera saya jadi berpikir keras untuk mengingat-ingat kembali kata-kata yang selama ini pernah saya ucapkan pada isteri dan anak-anak saya.

Hendaknya  guru dan orang tua mengetahui hal ini supaya mereka akan jauh lebih berhati-hati dengan kata-kata mereka.

Para orangtua dan guru, mari kita bangun masa depan anak-anak kita melalui kata-kata yang postitif.

Bertobat, mengubah hidup ini menjadi bermakna, tidak perlu melakukan hal-hal besar.

Cukup mengubah cara bicara kita. Menata kata menjadi positip, membangun anak dan sesama menjadi tumbuh lebih baik. Amin.

Hidup kita adalah hidup yang bertumbuh dan berbuah dalam kesempatan yang dikaruniakan Tuhan.

  • Alangkah bermaknanya hidup seperti itu.
  • Alangkah berbahagianya, jika kita dapat sampai di sana.

Bersyukurlah pada-NYA setiap saat bahwa kita masih dipercaya menjalani kehidupan ini.

Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas dalam Tuhan yang mengasihi kita dan yang berharap agar kita tumbuh dalam dan bersama Dia.

Masih ada kesempatan. Bertobatlah. Amin.                      

PS: Kisah diambil dari situs ayah edy/www.ayahkita.com

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version