UNGARAN – Kabupaten Semarang (Selasa, 22/12/2015). Bidang Liturgi Paroki bekerjasama dengan Ibu-Ibu Paroki Kristus Raja Ungaran menyelanggarakan Misa Syukur Hari Ibu, Sedikitnya lima ratusan umat hadir dalam Perayaan Ekaristi tersebut, mayoritas para Ibu, sebab memang intensi Misa Syukur untuk para Ibu. Dalam kesempatan itu pula, kami para Romo Paroki Kristus Raja Ungaran mengundang para Ibu dan keluarga-keluarga yang bermurah hati memberi makanan kepada kami para Romo dan komunitas pastoran (termasuk para koster dan karyawan yang makan di pastoran). Sebagaimana kita ketahui bersama kebanyakan paroki di Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan lain, untuk kepentingan makan para Romo, memang diurus oleh umat.
Romo Aloys Budi Purnomo Pr yang bertindak sebagai selebran utama bersama Romo Yakobus Sudarmadi sebagai konselebran dalam homilinya menerangkan, “Spiritualitas yang dihayati dalam rangka mengirimkan makanan untuk Romo – terutama lauk dan sayur – (caos dhahar Romo – bahasa Jawa) pertama-tama adalah agar para Romo makan yang dimakan umat. Kalau umatnya makan dengan lauk sayur bayem, ya itulah yang juga dimakan Romo. Namun biasanya, pada saat keluarga-keluarga mendapat giliran memasakkan Romo, umat justru memasak yang lebih enak. Padahal, seharusnya, ya yang dimakan umat itulah yang dirasakan Romonya. Maka sungguh-sungguh terjadi, pada suatu hari, salah satu keluarga yang mendapat giliran caos dhahar Romo, karena tidak biasa masak sendiri, maka membelikan lauk-pauk romo ke restoran. DIpesankan dua rantang. Satu rantang dengan menu istimewa untuk romo, satu lainnya yang biasa untuk keluarga sendiri. Eh, ternyata, sesampai di rumah baru disadari bahwa ternyata yang diturunkan di pastoran justru rantang yang menu biasa sementara yang istimewa dibawa pulang. Akibatnya lalu keluarga itu menelpon romonya meminta maaf karena salah menurunkan rantang, padahal saya juga tidak tahu-menahu menu itu. Itulah bukti bahwa umat selalu ingin memberikan yang terbaik kepada imamnya.”
Pada kesempatan itu, dalam rangka Hari Ibu, dengan bacaan harian yang berkisah tentang Ibu Maria yang mengidungkan Magnificat, para Ibu juga diajak untuk selalu bergembira dalam menghadirkan Kristus dalam kehidupan bersama. Ibu Maria menjadi teladan dalam hidup beriman para Ibu untuk selalu membawa kebaikan dalam kehidupan, bukan sebaliknya. Dalam kaitannya dengan caos dhahar romo, para Ibu juga menjadi tanda kelimpahan yang baik bagi yang lapar. Dengan begitu, secara sederhana, para Ibu menghadirkan Kristus Sang Penebus seperti Ibu Maria dalam kehidupan bersama. Karena makanan yang dpersembahkan para Ibu, romona menjadi sehat dan kuat untuk melayani umat sebaik-baiknya, sehingga Kristus pun dihadirkan bagi umat, berkat dukungan para Ibu.
Sebelum berkat, setelah doa penutup, tiga orang anak mempersembahkan suara emas mereka dengan menyanyikan lagu yang bertema Ibu. Demikian pula, Romo Budi berkolaborasi dengan Paduan Suara M-7 menyanyikan lagu Maria Asumpta ciptaan Romo Budi sendiri sebagai tandai syukur atas kebaikan para Ibu dan doa pujian kepada Bunda Maria, Ibu kaum beriman.
Sesudah Perayaan Ekaristi, seluruh umat yang hadir menikmati santap malam bersama berupa hidangan soto dan nasi rames serta minuan beras kencur dan wedang jahe yang sudah dipersiapkan oleh para Ibu Paroki Ungaran. Suasana akrab, guyup, dan rukun terbangun. Terima kasih para Ibu. Selamat Hari Ibu. Tuhan memberkati.***