DEWAN Nasional Serikat Sosial Vinsensius melaksanakan Perayaan Ekaristi secara daring. Untuk memperingati pendiri komunitas: Beato Frederick Ozanam.
Perayaan ini berlangsung khitmad di Gereja Kristus Raja, sebuah paroki di Surabaya. Lalu disiarkan melalui saluran YouTube Komsos KR dan SSV Indonesia.
Misa konselebran Keluarga Vinsensian itu dipimpin oleh para penasihat rohani Dewan Nasional.
Mereka adalah Romo Yusuf Gusti Ketut CM dan Romo Habel Melki Makarius CM. Didampingi oleh Romo Marcelinus Hardo Iswanto CM selaku Pastor kepala Gereja Kristus Raja Surabaya.
Romo Habel CM menyapa para Vinsensian dengan ucapan syukur atas teladan Beato Frederick Ozanam, pendiri Serikat Sosial Vinsensius. Ia berkarya selama hidupnya sehingga melahirkan karya cinta kasih yang dikenal dengan SSV.
”Semangat dan spiritualitas hidupnya memberi dorongan kepada kaum awam yang menjadikan cinta Tuhan dalam karya cinta kasih yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Panggilan untuk mencintai Allah dalam diri orang miskin,” ungkapnya.
Romo Yusuf Gusti Ketut Prihatmono CM selaku Peminpin Rohani Dewan Nasional SSV dalam homilinya nengatakan beberapa hal penting sebagai berikut.
“Tuhan membentuk kehidupan kita lewat keseharian, masalah, pendidikan, keluarga, dan jalan-jalan terjal.
Namun jangan takut. Itu karena seperti itulah Tuhan memproses kita. Agar sisi negatif dalam diri kita dibuang dan kemudian memunculkan kesempurnaan kasih Allah.
Itulah yang juga ditampilkan dalam hidup Beato Frederick Ozanam, pria kelahiran Milan tahun 1813 dan kemudian mendapat beatifikasi dari Paus Yohanes Paulus II.
Frederick adalah pribadi yang dipilih Allah dan menjalankan keutamaan-keutamaan luar biasa. Ia mampu menciptakan hubungan yang lekat dengan Allah; dari awal hari sampai jelang malam.
Kehidupan spiritualnya sungguh dirawat dengan tulus sampai akhir hayatnya 8 september 1853,” demikian penjelasan Romo Yusuf Gusti Ketut Prihatmono CM.
Ia kembali menegaskan beberapa hal berikut ini.
“Bangunlah mental seperti Kristus, cinta-Nya harus selalu kita hidupi apa pun tantangannya. Karena cinta yang hidup akan berbuah dalam tindakan kasih seperti murah hati dalam menolong sesama yang berkekurangan, bersedia menghibur yang sedang berduka, mendoakan yang sakit, meneguhkan yang sedang rapuh dan tindakan kasih lainnya. Di situlah peran kita sebagai vinsensian untuk mengibarkan bendera cinta kasih,” imbaunya.
Momentum tepat
Masa pandemi ini adalah momentum bagi kita untuk menguji seberapa lekat kasih kepada Tuhan. Maka dari itu, sudah sepatutnya ‘sinyal’ atau hubungan kita dengan Tuhan perlu terus dihidupi sehingga segala perbuatan kita berbuah dalam kebajikan.
Seperti melakukan pelayanan bagi kaum papa dengan cara yang kreatif dan inovatif, serta membawa sukacita bagi sesama.
Namun, jika kita timbul rasa jenuh dan pelayanan menjadi setengah hati atau suam-suam kuku, itu pertanda pelayanan kita tidaklah tulus. Lantaran kita ingin dihargai banyak orang dan berharap mendapatkan pengakuan orang lain.
Romo juga mengingatkan hal-hal berikut ini.
“Jika kita berkarya, berilah kontribusi lebih, karena di sanalah kita menanam daya kasih pada generasi-generasi muda agar tumbuh regenerasi yang dapat berkontribusi bagi pertumbuhan Gereja.
Di tengah tantangan hidup, Tuhan membentuk kita menjadi pribadi penuh cinta kasih, maka juga yakinlah Tuhan akan memberi kasih-Nya lebih dari yang kita harapkan,” pungkasnya menutup homili.
Selamat mensyukuri teladan sang pendiri komunitas.
Maju terus dalam karya kasih bagi kaum papa.
“Jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru, jadilah kreatif, jadilah inventif.”
(Frederick Ozanam)