DALAM rangka HUT ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia, Rm FX Sukendar Wingyasumarto Pr, Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semaran menyampaikan Surat Gembala yang diberi judul Satu hati bagi bangsa mewujudkan Peradaban Kasih di Indonesia. Dalam Surat Gembala tersebut antara lain disampaikan agar Umat Katolik menjadikan kesempatan ini “untuk kiprah kebangsaan serta berkegiatan bersama masyarakat. Kegiatan seperti upacara bendera, tirakatan kemerdekaan, dialog atau sarasehan kebangsaan, ataupun tindakan sosial kemasyarakatan lainnya. Kegiatan yang kreatif dan melibatkan, tentu akan memberikan daya ubah yang berguna bagi bangsa dan negara.” Sementara itu, Penanggalan Liturgi Katolik Indonesia menempatkan tanggal 17 Agustus sebagai Hari Raya Kemerdekaan RI. Maka, secara rohani, Umat Katolik juga diwajibkan untuk merayakan Ekaristi dalam rangka Kemerdekaan untuk mendoakan bangsa ini.
Menanggapi kedua hal tersebut, Paroki Kristus Raja Ungaran melakukan beberapa kegiatan. Pertama, Misa Syukur dalam rangka kebangsaan dilaksanakan di dua tempat. Pertama, dilaksanakan di Gereja Yakobus Zebedeus Pudak Payung yang secara pastoral masuk dalam pelayanan Paroki Kristus Raja Ungaran. Perayaan Ekaristi di Pudak Payung dilaksanakan pada hari Senin (15/8) yang diintegrasikan dengan Perayaan Maria Assumpta dan ditandai dengan prosesi lilin dari gereja menuju Taman Gardu Doa Maria Pudak Payung.
Ratusan Umat dari anak-anak, remaja, orang muda dan dewasa hingga lansia turut serta dalam perayaan tersebut, yang ditutup dengan menikmati soto dan bakso bersama di halaman gereja. Pada kesempatan itu, Rm Aloys Budi Purnomo Pr yang bertugas sebagai Pastor Pembantu Paroki Ungaran dan sekaligus pendamping untuk Umat Gereja Yakobus Zebedeus Pudak Payung menyampaikan, “Kita terus berkomitmen setia membangun bangsa dan masyarakat atas dasar cinta yang tulus bagi bangsa dan Tanah Air Indonesia. Semangat kebangsaan dan kerukunan dalam kepekaan dan cinta kepada sesama terus kita perkembangkan. Kita melakukannya bersama Bunda Maria Assumpta. Bunda Maria merupakan pribadi yang merdeka untuk berbuat kasih dan kebaikan kepada siapa saja. Ia pun terlibat dalam memasyarakat pada zamannya. Bunda Maria menjadi figur wanita yang penuh perjuangan untuk kemerdekaan kita sebagai anak-anak Allah. Kemerdekaan dari segala dosa dan kemerdekaan untuk berbuat baik kepada siapa saja.”
Kegiatan lain dalam rangka HUT Kemerdekaan RI di Paroki Kristus Raja Ungaran juga ditandai kreativitas Orang Muda Katolik (OMK) yang menyelenggarakan “Malam Tirakat Negeri Warna-Warni” pada hari Selasa (16/8).
Ratusan orang muda terlibat dengan segala kreativitas yang ada, bahkan dihadiri pula oleh sejumlah mahasiswi-mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Sambil mendukung dan terlibat bersama OMK, Rm Budi masih menyempatkan diri mengikuti malam tirakatan rakyat bersama warga RT 01 RW 03, tempat Gereja dan Pastoran Kristus Raja Ungaran berada.
Seluruh rangkaian kegiatan itu memuncak pada Misa Syukur di Gereja Kristus Raja Ungaran pada hari Rabu (17/8) pukul 17.00. Keunikan Perayaan Ekaristi kali itu adalah ditandai dengan paraliturgi yang menampilkan unsur-unsur kebangsaan, misalnya, pembacaan teks proklamasi, pembacaan pembukaan UUD 1945, pembacaan teks Pancasila, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengheningkan cipta mendoakan para pahlawan bangsa dan pendiri Republik ini diiringi alunan saksofon Rm Budi. Sesudah itu, dilaksanakan Perayaan Ekaristi yang dilayani oleh para petugas dari WKRI Ungaran.
Dalam homilinya, Rm Budi menyampaikan bahwa sebagai orang Katolik, kita diajak untuk hadir sebagai citra Allah. Allah merajai hidup kita lebih dari kaisar. Maka kita harus memberikan kepada Allah yang menjadi hak Allah. Allah merajai hidup kita bukan dengan menghancurkan tetapi dengan membangun. Daya kasih dan kerahiman-Nya lebih dari semua kuasa dunia mana pun. Dengan pengertian ini kita berikan yang menjadi hak Allah dan kita berikan yang menjadi hak kaisar. Sebagai anak-anak Allah yang sudah dimerdekakan dari belenggu dosa, kita dipanggil untuk hadir di tengah masyarakat mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat yang sejahtera, bermartabat dan kian beriman cerdas, tangguh, mendalam dan misioner. Caranya bagaimana? Dengan terus berbuat baik dan merajut persaudaraan dengan siapa saja di mana saja.”
Begitulah, Gereja Kristus Raja Ungaran belajar hadir sebagai Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif dalam berbagai aktivitas pelayanan bagi umat dan masyarakat.