INI adalah pengalaman buruk saya kedua yakni menjadi korban aksi kejahatan di atas bus malam AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). Tahun 2000-an lalu, seluruh isi ransel berisi kamera hilang digondol maling. Kamera Nikon 90-X berserta dua lensa pendek dan panjang dengan diagfragma 2,8 diambil dari ransel, ketika saya tertidur pulas di atas bus malam.
Akhir Maret 2016 lalu, kembali kemalangan menimpa saya dalam perjalanan naik bus malam AKAP dari Klaten menuju Tangerang. Isi tas saya berisi laptop Dell digondol maling. Yang saya tangisi bukan hanya karena Dell –alat kerja saya—hilang tak berbekas, melainkan data tulisan yang ada di HD laptop produk keluaran Amerika ini. Isinya jelas sangat-sangat berharga, karena memuat banyak rangkaian tulisan dan dokumentasi perjalanan.
Baca juga: Modus Kejahatan Penipuan: Kloning PIN untuk Kelabuhi Relasi Transfer Uang (1)
Tidak tepat waktu dan AC bocor
Saya naik dari sebuah titik pemberangkatan di Klaten dengan naik bus malam AKAP Prayogo. Ini merupakan yang pertama kali saya menggunakan moda transportasi darat dengan perusahaan bus yang dulu lebih dikenal sebagai bus wisata.
Perasaan tidak enak sudah menyeruak di hati saya sejak berangkat. Alih-alih berangkat tepat waktu sebagaimana diberitahukan oleh Mbak Menik –agen bus malam ini di Klaten—pada pukul 14.30 WIB, bus datang terlambat.
Di tengah jalan ketika baru memasuki Prambanan, rupanya bus Prayogo ini mengalami kerusakan pada system pendingin (AC). Sopir bilang ada kebocoran pada AC sehingga setelah melalui perdebatan panjang di titik pemberhentian bus di Prambanan, bus yang kami tumpangi ini masuk pool garasi di Jl. Godean, Klepu untuk diganti dengan armada bus lainnya.
Penumpang pun pindah tempat, sekalian dengan semua barang-barangnya.
Sebelumnya, bus Prayogo ini mampir di Terminal Bus Giwangan Yogyakarta. Aneh juga, demikian kata hati saya, kenapa bus ini tidak berhenti pada titik khusus dimana kantor agennya berlokasi, namun justru memilih titik pemberhentian jauh dari kantor-kantor pusat agen.
Di situ bus ngetem lama sekali. Hampir 45 menit tanpa alasan yang jelas. Waktu itu, hujan sangat deras tengah mengguyur kota Yogyakarta. Apakah ada hubungan antara hujan sangat deras dengan titik pemberhentian yang tidak biasa ini, saya tidak tahu pasti.
Ada beberapa penumpang baru masuk. Mungkin 5-8 orang yang angka persisnya saya tidak tahu. Mereka anak-anak muda, baik cowok dan cewek. Dari kaca jendela tempat saya duduk, beberapa calon penumpang terlihat ngobrol akrab dengan awak bus.
Menyaru sebagai penumpang
Usai mengangkut penumpang di Terminas Bus Giwangan dan sebuah titik lokasi agen di Ring Road Selatan dan kemudian mengandangkan bus karena mengalami kebocoran AC di poolnya di kawasan Klepu, rombongan perjalanan bus AKAP Prayogo ini melanjutkan perjalanan ke Jakarta melalui jalur selatan: Purworejo, Wangon, Pejagan, Cikampek, Jakarta, Tangerang. Rombongan berhenti di sebuah rumah makan Jakarta di kawasan Kebumen, Jateng.
Beberapa penumpang baru naik dari titik keberangkatan ini. Ada seorang penumpang baru dengan potongan rambut cepak yang mestinya duduk di depan saya terpaksa ganti lokasi, karena dua penumpang pria asal Terminal Giwangan Yogyakarta sudah menduduki jatah seat-nya. Karena bus ini tidak terisi penuh, bapak penumpang baru ini merelakan kursinya diduduki penumpang lain dan dia memilih pindah ke kursi penumpang di bagian belakang di sayap kanan.
Usai melanjutkan perjalanan, di sebuah titik di daerah Karanganyar, Kebumen, tidak jauh dari perlintasan KA, saya melihat bus Prayogo ini berhenti dan mempersilahkan penumpang baru masuk. Nah, di sini saya sudah merasakan adanya rasa tidak enak. Bus ini masuk kategori VIP, namun kenapa tadi ngetem berlama-lama di Terminal Giwangan dan kemudian ngompreng di tengah jalan.
Ya sudahlah, demikian pikiran saya mencoba menghibur diri.
Grayah-grayah
Malam sudah larut, ketika bus Prayogo melanjutkan perjalanannya menuju Jakarta dan kemudian Tangerang. Pada waktu itu, di tengah himpitan rasa kantuk, saya mulai melihat keanehan. Dua penumpang pemuda di depan kursi saya menunjukkan sikap yang tidak biasa. Salah satu penumpang yang duduk menempel pada jendela kelihatan menjulurkan tangannya ke belakang seperti ingin mencari sesuatu di belakang jok nya.
Ia grayah-grayah ke belakang jok melalui lobang kecil di antara kursi jok dengan jendela. Saya berpikiran positif; barangkali penumpang ini lagi mencari barangnya yang jatuh di bawah. Tapi kenapa posisi tangannya tidak mengarah ke bawah lantai bus, melainkan pada posisi tengah dimana ransel berisi laptop saya berada.
Segera saya berdehem dan seketika itu juga tangan penumpang yang tengah grayahan ini langsung berhenti melakukan manuver. Saya lalu memindahkan ransel saya ke kursi jok sebelah, setelah teman penumpang dari Gondang, Klaten, memilih duduk di deretan jok belakang.
Saya duduk sendirian dan membiarkan ransel berisi laptop itu ada di jok sebelah kanan. Saya duduk di jok kiri menempel pada jendela.
Saya pun mencoba tertidur dan sedikit pulas. Beberapa kali saya pergi ke toilet.
Akhirnya saya sampai di tempat tujuan. Turun dengan selamat dan mengucapkan terima kasih atas perjalanan panjang yang melelahkan ini karena sempat ganti bus, ngetem lama di Giwangan, dst.
Sampailah saya di rumah dan ketika membuka ritsleting ransel, barulah saya sadar bahwa laptop Dell yang di dalam ransel itu sudah berganti tangan. Hilang. Di bagian ransel dalam dimana saya biasa menyimpan laptop itu sudah terisi tiga majalah fashion papan atas bekas untuk mengisi ruang kosong usai laptop saya diambil orang.
Ransel saya masih tetap berat. Bukan karena laptop, melainkan isi beberapa majalah Vogue, Marie-Claire, Dewi yang tebal-tebal sehingga tak membuat saya curiga kalau isi ransel itu sudah ganti.
Lapor polisi dan kantor PO Prayogo
Segera pagi-pagi itu saya meluncur ke kantor polisi terdekat untuk lapor kejadian. Juga saya uber ke terminal di Tangerang dimana bus Prayogo itu parkir setelah menuntaskan semua penumpang terakhir turun. Namun, sang sopir malah ‘menyalahkan’ saya kenapa kehilangan tidak lapor pada kru bus agar mereka bisa ‘bertindak’.
Aneh juga kru bus Prayogo ini, demikian pikir saya. Saya merasa kehilangan ketika sampai di rumah dan bukan di atas bus. Mana kepikiran bahwa isi ransel saya yang semula berisi laptop dengan berat sekitar 2 kg lalu berubah menjadi majalah-majalah fashion bekas sebagai gantinya.
Saya pulang dengan rasa kecewa. Pun pula ketika saya mengontak kantor perwakilan bus ini dengan sedikit mengisahkan rasa sedikit curiga saya terhadap beberapa penumpang. Petugas agen bus di Yogya malah menyebutkan, beberapa penumpang yang naik dari Terminal Giwangan Yogyakarta datang go show naik bus. Ini artinya nama kontak mereka tidak ada di kantong agen sehingga sulit mendeteksi siapa mereka ini. Justru penumpang go show dan penumpang lain yang naik di tengah jalan karena ngompreng inilah yang saya curigai sebagai salah satu pengorek isi ransel kemudian menggarong laptop Dell saya.
Biasanya, kalau penumpang itu benar-benar murni orang yang bepergian tidak ada punya maksud apa-apa, maka mereka akan memberikan nama lengkap dan nomor kontaknya. Nomor kontak HP atau telepon rumah perlu agar mereka bisa datang tepat waktu atau kalau terlambat datang, pihak agen bisa meminta bus sedikit bersabar menunggu mereka datang.
Terhadap para penumpang bus Prayogo yang berstatus go show ini, saya sulit menemukan jatidiri dan nomor kontak mereka. Saya tidak tahu dimana, kapan dan oleh siapa, ransel saya telah digogohi oleh maling yang menyaru diri sebagai penumpang di atas bus malam AKAP P0 Prayogo jurusan Klaten-Jakarta-Tangerang.
Jadi, inilah pelajaran berharga ketika kita ada dalam sebuah perjalanan. Entah naik bus atau kereta api.
- Jangan minum atau makan pemberikan ‘tetangga’ penumpang sebelah dudukan Anda. Siapa tahu, makan atau minuman itu sudah ‘disuntik’ obat bius sehingga Anda akan lelap tertidur pulas. Inilah yang saya alami di tahun 2000 lalu, saya tidur sangat-sangat pulas dan ketika bangun pun saya masih merasa sempoyongan dan ingin tidur lagi. Tahu-tahu, seluruh isi ransel saya berisi kamera sudah hilang.
- Kalau dalam perjalanan naik bus malam AKAP jenis VIP atau Eksekutif, mulailah sedikit waspada ketika bus-bus ini ‘nakal’ dengan ngompreng menaikkan penumpang liar di tengah jalan. Mestinya, bus-bus VIP atau Eksekutif tidak boleh menaikkan penumpang di tepi jalan. Namun usai pemeriksaan terakhir, siapa bisa menjamin bahwa bus tidak ngompreng sekedar mengisi kursi-kursi yang masih kosong?
- Kuncilah ransel Anda dengan gembok kecil agar tidak memberi peluang kepada maling yang menyaru diri sebagai penumpang melakukan manuver korek-korek isi tas atau ransel dan kemudian mengambil barang-barang berharga dari situ.
Marilah tetap waspada di tengah jalan.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)