Puncta 25.07.23
Pesta St. Yakobus Rasul
Matius 20:20-28
DULU saya ingin menjadi rama, karena melihat Rama Paroki sering berkunjung ke rumah; naik motor BMW yang suaranya menggelegar. Saya pengin seperti rama itu.
Kalau rama ke rumah, atau pas ibu saya dapat jatah mengirim “caos dhahar” rama, bapak saya selalu potong ayam untuk dibawa ke gereja. Sebagai anak kecil saya pikir jadi rama itu enak sekali; bisa naik motor gede dan makan enak-enak.
Maka muncullah keinginan atau motivasi yang bersifat infantilis, kekanak-kanakan, hanya ingin punya motor gede dan makan enak.
Bisa dimaklumi karena untuk makan sehari-hari saja, kami jarang pakai telur, apalagi daging ayam.
Makanan enak itu hanya didapat saat ada tetangga punya hajat dan mengundang kenduri. Telur satu harus dibagi menjadi empat atau enam supaya semua adik kebagian.
Secara bertahap, selama di Seminari motivasi seperti itu dimurnikan dengan bimbingan rohani, retret dan pengolahan hidup yang teratur.
Sesudah mengalami pendidikan, motivasi menjadi imam juga terus berkembang.
Ada banyak motivasi dalam mengikuti Yesus. Kedua saudara, Yakobus dan Yohanes ini punya motivasi memperoleh kedudukan.
Hal itu dinyatakan oleh ibu mereka, agar kelak kedua anaknya boleh duduk di sisi kanan dan di sisi kiri ketika Yesus berkuasa di kerajaan-Nya.
Motivasi itu bisa bermacam-macam; ada yang ingin jabatan, kedudukan, popularitas, prestise, kekayaan atau pun kemudahan-kemudahan atau previlese yang lain.
Ada orang yang senang disanjung-sanjung atau di hormati karena imamatnya.
Ada yang suka mengumpulkan harta kekayaan; mobil, baju atau sepatu mahal, perhiasan dan investasi.
Yesus menunjukkan motivasi utama mengikuti Dia adalah melayani.
Yesus menegaskan siapa pun yang ingin menjadi murid-Nya harus mau menjadi hamba, pelayan bagi semuanya.
Dia mencontohkan Diri-Nya sendiri yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antaramu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu,” kata Yesus.
Ia tidak hanya mengajarkan, tetapi Ia juga melaksanakan. “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Nampaknya semangat melayani dan rela berkorban ini harus ditingkatkan lagi dalam diri para imam. Jangan sampai terhapus oleh semangat memiliki dan menguasai serta menumpuk barang-barang duniawi.
Ada yang janji jalan kaki ke Jakarta,
Sampai sekarang janjinya di mulut saja.
Jauhkanlah kami dari nafsu kuasa,
Jadikanlah kami sebagai hamba sahaja.
Cawas, memurnikan motivasi