Puncta 07.11.21
Minggu Biasa XXXII
Markus 12:38-44
SEPASANG suami isteri berjalan bergandengan menuju kantor Rektorat Universitas Harvard. Sang isteri memakai gaun yang sudah usang, sedang suaminya memakai baju sederhana.
Mereka ingin menemui pimpina Universitas Harvard. “Kami ingin ketemu Bapak Pimpinan Harvard,” kata sang isteri kepada sekretaris.
Melihat penampilam mereka seperti orang kampung, sekretaris menjawab, “Bapak Rektor sedang sibuk hari ini.”
Ia berharap mereka segera pergi. Ternyata mereka sabar menunggu.
Karena jengkel, ia menelepon bapak pimpinan, “Jika anda menemui, mungkin urusan segera selesai.”
Pimpinan Harvard turun ke lobi. Ia menemui suami isteri yang lusuh itu dengan mengernyitkan matanya.
“Maaf, kami mengganggu waktu Bapak.”
“Ya, silahkan langsung saja,” jawabnya dengan nada tidak senang.
“Anak kami sangat senang kuliah di Harvard. Sayang, ia meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan. Kami bermaksud mendirikan peringatan untuknya di sini, bolehkah?”
Dengan wajah memerah, Sang Pimpinan berkata, “Nyonya, kita tidak bisa mendirikan tugu peringatan untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Bisa jadi seperti kuburan tempat ini nanti.”
“Oh tidak, kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan, tetapi kami ingin memberi sebuah gedung untuk Harvard.”
Ia melihat baju usang dan pakaian pudar yang mereka kenakan.
“Sebuah gedung? Tahukah anda berapa harga sebuah gedung di sini? Kalian perlu punya 7,5 juta dollar untuk bangun gedung di sini,” katanya sombong.
Ia merasa puas dan berharap bisa terbebas dari mereka.
“Kalau hanya sebesar itu untuk memulai sebuah universitas, mengapa kita tidak membangun sendiri?” kata sang isteri kepada suaminya.
Pemimpin Harvard itu bingung.
Mr. dan Mrs. Leland Stanford kemudian pergi ke Palo Alto, California.
Di sana mereka membangun universitas dengan nama Stanford University yang terkenal seantero dunia sampai sekarang.
Jangan pernah melihat orang dari penampilan luarnya.
Yesus mengajak para murid-Nya menghargai pemberian janda miskin yang memasukkan dua peser saja ke kotak persembahan.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda itu memberi dari kekurangannya; semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Janda miskin itu memberi “sedikit”, tetapi itu semua miliknya. Orang kaya memberi banyak tetapi itu adalah sisa-sisanya.
Ia tidak akan merasa kekurangan, tetapi janda itu setelah memberi, ia tidak punya apa-apa lagi. Ia memberikan seluruh hidupnya.
Mari kita menghargai pemberian sekecil apa pun, karena itu adalah hasil keringat dan kerja keras.
Jangan pernah membeda-bedakan pemberian yang tulus dari seorang miskin. Orang miskin berhati kaya, dan banyak orang kaya berhati miskin.
Tiap pagi memandang sawah.
Di ufuk sana langit semburat merah.
Pemberian yang tulus adalah berkah.
Kasih yang tulus akan makin berbuah.
Cawas, kasih yang tulus ikhlas…
Mohon maaf sebelumnya sejarah Stanford University perlu diluruskan setahu saya bukan spt itu. Sekedar link reff https://medium.com/stanford-magazine/the-truth-about-leland-stanford-jr-9d48fbf5623a
Nyuwun pangapunten Berkah Dalem Gusti
Matur nuwun Pak.