Home BERITA Munas ke-14 UNIO Indonesia – Mataloko Indah Sambut Empat Uskup, 137 Imam...

Munas ke-14 UNIO Indonesia – Mataloko Indah Sambut Empat Uskup, 137 Imam Praja dari Seluruh Indonesia (2)

0
Empat Uskup dan ratusan imam diosesan seluruh Indonesia mengikuti perayaan ekaristi membuka Munas ke-14 UNIO Indonesia di Mataloko, Kabupaten Ngada, Flores, NTT, September 2023. (Romo Ferry SW)

MATALOKO memang indah. Dari segala sudut perspektif, desa kecil yang selalu dipenuhi kabut di siang hari ini memang elok. Alamnya indah. Hawa udaranya sejuk dan segar.

Belum lagi kalau harus menengok bangunan kokoh Rumah Retret Kemah Tabor milik Kongregasi Imam Serikat Sabda Allah (SVD).

Kemudian, bangunan bersejarah Seminari Menengah Mataloko yang sampai saat ini masih menjadi tempat persemaian bibit-bibit panggilan menjadi religius dan imam diosesan.

Seminari Menengah Mataloko di Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT. (Seminari Mataloko)
Arah jarum jam: Para sukarelawan yang bekerja di luar layar untuk menyukseskan gelaran Munas ke-14 UNIO Indonesia di Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT; Wajah depan plang Seminari Menengah Yohanes Berchmans Mataloko; Para penari lokal sudah bersiap akan menyambut kedatangan para peserta munas; Kelompok drumband lokal ikut sukseskan munas UNIO Indonesia. (Romo Ferry SW)

Sedikit ke arah barat lagi, maka Kota Bajawa sebagai ibukota Kabupaten Ngada di Flores, NTT, ini juga tidak kalah indahnya. Semua keelokan di Mataloko masih ada di Bajawa yang masuk ranah wilayah pastoral Keuskupan Agung Ende.

Di sinilah, gelaran perhelatan Munas UNIO Indonesia -organ paguyuban para imam diosesan (praja) dari seluruh Indonesia- hari-hari ini berlangsung. Menjadi tuan rumah bagi pertemuan para imam praja seluruh Indonesia ini adalah UNIO Keuskupan Agung Ende.

Dengan Romo Silverius Betu Pr – Ketua UNIO Keuskupan Agung Ende- sebagai ketua pelaksananya. Dibantu oleh jajaran Pemda Kabupaten Ngada; langsung dikomandoi oleh Bupati Kabupaten Ngada dan Sekda Kabupaten; plus para sukarelawan.

Total jenderal, jumlah perangkat panitia yang ikut menyukseskan gelaran munas UNIO Indonesia ini ada 180 orang.

Mari kita simak apa kata mereka tentang gelaran Munas ke-14 UNIO Indonesia ini kepada Sesawi.Net di lokasi kegiatan dan acara di Mataloko, Kabupaten Ngada, Flores, NTT.

Romo Silverius Betu Pr, imam diosesan dan Ketua Unio Keuskupan Agung Ende. (Romo Ferry SW)

Lembah Mataloko selalu indah

Ini adalah kata pembuka yang menarik dari Romo Silverius Betu Pr, Ketua UNIO Keuskupan Agung Ende sekaligus penanggungjawab kegiatan dan acara munas.

“Lembah Mataloko yang indah adalah sedemikian memikat hati para misionaris sehingga dijadikan salah satu pusat misi Katolik di Flores,” ungkapnya.

“Terimakasih kepada semuanya yang telah membantu terlaksananya Munas XIV UNIO Indonesia; secara khusus Pemrov NTT dan Pemda Kab Ngada. Mohon maaf atas segala kekurangan. Selamat bermunas,” ungkapnya bangga.

Bumi Mataloko di Kabupaten Ngada, Flores, NTT, yang selalu meneribtikan atmosfir alam yang super cantik dan indah. (Romo Ferry SW)

Cinta nyata kepada para imam diosesan

Uskup Keuskupan Agung Ende Mgr. Sensi Potokota dalam beberapa bulan terakhir ini kurang sehat. Meski sakit, demikian ungkap Ketua UNIO Indonesia Romo Paulus Christian Siswantoko Pr, Mgr. Sensi tetap bersedia membuka perhelatan munas ini.

“Terimakasih kepada Bapak Uskup Mgr. Vincentius Sensi Potokota. Meski sedang sakit, tetap mau memimpin misa pembukaan Munas XIV UNIO Indonesia. Itu adalah bukti cinta Bapak Uskup kepada para imam diosesan,” ungkap Romo Paulus Christian Siswantoko Pr, Ketua UNIO Indonesia 2017-2023.

Uskup Keuskupan Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota bersiap memimpin perayaan ekaristi membuka Munas ke-14 UNIO Indonesia di Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT. (Romo Ferry SW)

Ada tiga pembina Unio Indonesia yaitu Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Mgr. Agustinus Agus, dan Mgr. Blasius Pujaraharja. Namun yang terakhir tidak bisa hadir karena kondisi kesehatannya kurang mendukung.

“Terimakasih kepada semua imam diosesan yang hadir dari berbagai tempat yang jauh,” katanya kemudian.

Tema “Berpastoral di Tengah Arus Migrasi” sudah menjadi persoalan di hampir semua keuskupan. Mataloko dipilih sebagai lokasi kegiatan, karena Keuskupan Agung Ende sudah mengembangkan Pastoral Migran.

“Munas XII terjadi di Palembang tahun 2017. Munas XIII tahun 2021dilakukan secara daring karena pandemi Covid-19. Sesudah enam tahun kosong, maka sekarang kita bisa melaksanakan Munas UNIO Indonesia.

Akan ada laporan pertanggungjawaban pengurus UNIO Indonesia 2017-2023 dan akan ada pemilihan pengurus UNIO Indonesia yang baru untuk masa bakti periode 2023-2026,” jelas Siswantoko Pr, imam diosesan Keuskupan Purwokerto.

“Semoga ada semangat baru yg bisa kita perjuangan khususnya bagi kebaikan para migran,” tutup Sekretaris Eksekutif KWI ini.

Ilustrasi: Romo Paulus Christian ‘Koko” Siswantoko Pr saat memimpin perayaan ekaristi Jumat Pertama bersama PUKAT KAJ di Jakarta, 2 Juni 2017. (Dok. PUKAT KAJ)

Mataloko sebagai etalase ke-Katolik-an di Flores

“Mataloko di Kabupaten Ngada adalah etalase ke-Katolik-an di wilayah ini. Menjadi penting untuk mewartakan semangat sukacita dan persaudaraan,” ungkap Bupati Kabupaten Ngada Paru Andreas SH MH.

“Banyak umat kita telah bermigrasi ke tempat-tempat  lain di luar Ngada. Terdapat 6.577.915 kali keluar masuk penduduk yang bermigrasi sepanjang tahun.  Ada 33 juta migran di Indonesia,” paparnya.

Bupati Kabupate Ngada Paru Andreas SH MH bersama para uskup, dan para imam peserta Munas ke-14 UNIO Indonesia di Mataloko dan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores. NTT. (Romo Ferry SW)
Uskup dan para imam diosesan peserta Munas ke-14 UNIO Indonesia dari seluruh Indonesia berkumpul di Gereja Mataloko untuk membuka gelaran munas. (Romo Ferry SW)
Empat uskup dan ratusan imam diosesan seluruh Indonesia mengikuti Munas ke-14 UNIO Indonesia di Mataloko, Kabupaten Ngada, Flores, NTT.

Alasan utama adalah karena mereka dihimpit oleh kemiskinan. Ada banyak hal yg memprihatinkan, seperti berpindahnya hak atas tanah, berpindahnya keyakinan beragama, minimnya pendampingan anak dalam keluarga migran, narkotika, perceraian, KDRT, dan perundungan, serta masalah sosial lainnya.

“Tercatat 65 ribu perkawinan di Kabupaten Ngada dan tercatat lebih dari 500 kasus perceraian. Masyarakat menjadi rentan, karena telah tercabut dari akar budaya dan terpengaruh konsumerisme, hedonisme, dan kapitalisme,” jelas Bupati Paru Andreas SH MH

“Semoga Gereja dan pemerintah bisa bekerjasama mengatasi berbagai masalah dalam masyarakat khususnya di tengah arus migrasi,” demikian harap Paru Andreas selaku Bupati Kabupaten Ngada terhadap para imam diosesan dari seluruh Indonesia – para peserta Munas ke-14 UNIO Indonesia. (Berlanjut)

Baca juga: 25-29 September 2023: Para Imam Diosesan Indonesia Gelar Munas XIV UNIO Indonesia di Bajawa, Flores (1)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version