Home BERITA Nangkring dengan Crane, Mgr. J. Pujasumarta Berkati Patung Maria Assumpta Gua Kerep...

Nangkring dengan Crane, Mgr. J. Pujasumarta Berkati Patung Maria Assumpta Gua Kerep Ambarawa

0

PROSESI iman dengan agenda utama pemberkatan patung Maria Assumpta di Gua Maria Kerep Ambarawa menjadi menarik oleh pemandangan ini. Dengan nangkring di dalam ‘kotak’ sebuah crane yang menjulur ke atas, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta dikerek naik agar bisa menjangkau bagian atas patung Santa Maria Assumpta Gua Maria Kerep untuk prosesi pemberkatan.

Mericiki patung Maria Assumpta Gua Maria Kerep Ambarawa yang punya postur ketinggian sebesar 42 meter dari pondasi, maka tak ada lain kecuali menggunakan crane agar Mgr. Johannes Pujasumarta bisa menjangkau kepala patung itu dari jarak dekat.

Inilah prosesi iman yang melibatkan tujuh uskup dan 15 imam dengan hadlirin tak kurang dari 30 ribu umat katolik dari ratusan paroki di Jawa dan sekitarnya.

Patung Maria Assumpa Gua Maria Kerep Ambarawa dikerjakan oleh seniman patung lokal tiga orang bersaudara Kuncoro, 45, Adi Nugroho, 40, dan Agung Hartanto, 38. Selain mengerjakan patung Santa Maria Assumpta Gua Maria Kerep Ambarawa yang kini menjadi ikon penting ini, ketiga seniman patung asli Ambarawa ini juga telah berulang kali membuat patung religius di beberapa tempat lain.

IMG-20150816-WA0035
Misa meriah dalam prosesi pemberkatan patung Santa Maria Assumpta Gua Maria Kerep Ambarawa, Sabtu tanggal 15 Agustus 2015. (Ist)
Patung Maria Assumpta Gua Kerep Ambarawa punya postur ketinggian 42 meter dari pondasi. Tampak patung megah itu dengan latar belakang alam Ambarawa petang hari, Sabtu 15 Agustus 2015. (Ist)

Kepada Sesawi.Net, PC Purwanto dari manajemen Berkhat Santo Yusup KAJ menuturkan, pemberkatan patung jumbo Santa Maria Assumpta Gua Maria Kerep di Ambarawa, hari Sabtu tanggal 15 Agustus –bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga—itu sungguh spektakuler.

Untuk menjangkau ketinggian patung, perlu ada crane agar Bapak Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta bisa merici kepala patung Maria Assumpta Gua Maria Kerep Ambarawa ini. (Ist)

Selain harus nangkring di atas crane guna proses pemberkatan, kata umat Paroki St. Barnabas di Pamulang, Tangerang Selatan, pesta iman itu juga sekaligus merayakan 61 tahun keberadaan Gua Maria Kerep Ambarawa sebagai destinasi peziarahan rohani.
“Belum lagi, terhitung tak kurang ada 30-an ribu umat katolik menghadiri pesta iman ini,” tambahnya.

Hosti sebanyak 20 ribu telah disediakan panitia dengan 60 titik penerimaan komuni. Semua berjalan lancar dan tertib. Umat disediakan angkot gratis dari Paroki Ambarawa yang memfasilitasi hal ini. “Atensi umat dan minat umat katolik untuk merayakan pesta ini juga luar biasa,” tandasnya.

Patung Santa Maria Assumpta Gua Maria Kerep Ambarawa menjelang) pemberkatan, Sabtu 15 Agustus 1945. (Ist

Veronica Angkatirta dari Paroki Santo Jakobus Kelapa Gading, Jakarta Utara adalah salah satunya. Bersama rekan-rekan separoki, ia menyambangi Gua Maria Kerep Ambarawa untuk mengikuti proses iman ini. “Luar biasa membludaknya,” ujarnya penulis kolom Kata Mutiara di Sesawi.Net ini.

Naik crane untuk menjangkau kepala patung.

Di areal Gua Maria Kerep Ambarawa, persis sepekan sebelum peristiwa iman pemberkatan yang berlangsung hari Sabtu lalu, Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta bersama Ketua Komisi Hubungan Antaragama KAS Romo Aloysius Budi Purnomo menggelar pertemuan silahturami dengan para pejabat Ambarawa. Pada kesempatan itu, ikut hadir tokoh umat Islam dari Semarang bersama kelompok penari Sufi yang kemudian mempertunjukkan gelar tari khasanah islami ini di pelataran Gua Maria Kerep Ambarawa. (Baca juga: Silaturahmi dalam Naungan Siti Maryam)

“Saya mempunyai keyakinan, bahwa kehadiran Maria di dalam karya keselamatan berperan menjadi jembatan dialog antar-umat beriman terutama antara Katolik-Islam.

Kehadiran patung Maria Assumpta Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) bukan langkah mundur dialog antar-umat beragama itu, sebaliknya menjadi tonggak kokoh untuk memajukan dialog antar-umat beragama untuk membangun persaudaraan sejati berdasarkan cinta kasih, pokok pengalaman akan Allah pada setiap orang beragama.

Tarian Sufi yang diperagakan oleh para santri Pondok Pesantren Al-Ishlah, Tembalang, Semarang yang diiringi lantunan saxophone Rama Aloysius Budi Purnomo dengan lagu nDherek Dewi Maria, memukau para hadirin: yang menegaskan bahwa  suatu kolaborasi Katolik – Islam yang harmonis itu mungkin.,” tulis Mgr. J. Pujasumarta dalam nukilan refleksinya.

Pada malam itu, Mgr. J. Pujasumarta malah berkesempatan  membaca puisi dari kumpulan puisi “Pusaran Cinta” karya Kiai Budi Harjono berjudul “Kugandeng Tanganmu” (Baca juga: Sepekan Sebelum Pemberkatan Patung Maria Assumpta di Gua Kerep Ambarawa)

Kredit foto:Stevanus Hardiyarso, Veronica Angkatirta et al.

 

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version