Home BERITA Nasihat

Nasihat

0
Ilustrasi - Buket bunga perkawinan yang dibanting. (Ist)

Renungan Harian
Senin, 30 Mei 2022
Bacaan I: Kis. 19: 1-8
Injil: Yoh. 16: 29-33
 
SUATU hari, setelah Perayaan Ekaristi beberapa tahun lalu, saya menerima tamu pasangan suami isteri. Pasangan itu masih muda, maka saya menduga bahwa mereka belum sampai lima tahun perkawinan. Dan benar dugaan saya, pada saat mereka memperkenalkan diri mereka baru tiga tahun menjalani hidup perkawinan.
 
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh pasangan itu membuat saya amat terkejut. Mereka bertanya bagaimana caranya mengurus perceraian dalam Gereja.

Mereka mengatakan bahwa mereka sudah tidak cocok satu sama lain, sudah tidak ada titik temu. Da menurut mereka, jalan terbaik adalah berpisah. Hal yang paling mengejutkan adalah mereka mengatakan adalah mereka merasa salah dalam memilih pasangan.
 
Saya meminta mereka untuk menenangkan diri lebih dahulu dan saya minta mereka untuk mengingat kembali saat mereka memutuskan untuk menikah. Saya memberi beberapa pertanyaan yang hendaknya mereka renungkan dalam dua minggu ke depan.

Mereka menyanggupi dan akan mencoba menjalankan apa yang saya minta. Namun baru dua hari mereka sudah meminta untuk bertemu lagi karena mereka di rumah terus ribut.

Maka saya menyanggupi untuk bertemu mereka dan meminta mereka mengajak kedua orangtua mereka.
 
Pada waktu yang sudah ditentukan mereka datang bersama dengan kedua oran tua mereka. Di depan kedua orangtua mereka, mereka saya minta untuk menceritakan persoalan yang dialami dalam keluarga mereka.

Setelah mendengarkan keluhan pasangan itu, saya meminta tanggapan dari para orangtua. Para orangtua itu memberi tanggapan. Meski dalam bahasa yang berbeda, tetapi intinya sama.

Mereka mengatakan bahwa apa yang dialami oleh pasangan itu adalah hal yang biasa, ada perbedaan pendapat, ada cekcok bahkan ada pertengkaran. Hal yang penting menurut mereka adalah harus saling mendengarkan dan saling memahami.

Menurut para orangtua itu, mereka adalah pasangan yang pandai sehingga dua-duanya mau menang dan mau benar, tidak ada yang mau mendengarkan dan tidak ada yang mau memahami.

Hal kedua yang penting menurut kedua orangtua itu, mereka jangan mudah menyerah, baru punya masalah menyerah mau pisah. Masalah yang mereka hadapi itu belum seberapa, masih ada hal-hal yang lebih rumit yang akan mereka hadapi.

Akan tetapi kalau mereka mau saling mendengarkan dan saling memahami masalah itu akan dapat mereka lewati dengan baik. Nasihat kedua orangtua mereka itu mengena bagi pasangan itu, sehingga mereka saling bermaaf-maafan dan berjanji untuk kembali menjalani kehidupan perkawinan mereka berbekal nasihat itu.
 
Nasehat kedua orangtua itu amat bermakna karena mereka telah melewati masa-masa yang sulit itu. Bahkan mungkin masa-masa yang amat berat telah mereka lalui dan mereka berhasil melalui masa-masa itu.

Pengalaman mendengarkan nasihat kedua orangtua pasangan itu membuat saya lebih mudah memahami sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, dan meneguhkan peziarahan saya

“Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version