Home BERITA Natal: Berilah Kesempatan bagi Tuhan untuk Terlibat

Natal: Berilah Kesempatan bagi Tuhan untuk Terlibat

0
Ilustrasi Natal by Dreuuz

APA yang membedakan seorang beriman dengan mereka yang tidak beriman (ateis)?

Pembedanya, bukan pertama-tama bahwa orang beriman mengakui adanya Tuhan, sementara mereka yang ateis tidak. Ketidakberimanan tampak lebih-lebih, ketika seseorang menganggap diri mampu menghadapi persoalan hidup dan tidak memerlukan Tuhan lagi.

Orang juga tidak beriman, ketika ia menilai persoalan yang dia hadapi terlalu remeh atau terlalu duniawi sehingga ia tidak mau merepotkan Tuhan.

Natal mengingatkan kita bahwa Allah sangat peduli terhadap dunia dan sangat berminat terlibat dalam hidup kita dengan segala remeh-temeh persoalannya. “Karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Allah telah mengutus Putera-Nya ke dunia (bdk. Yoh 3:16) dan tinggal di antara kita, Imanuel (bdk. Mat 1:23).

Allah yang peduli dan kasih-Nya yang besar ini dapat kita alami kalau kita membiarkan Yesus, Sang Imanuel, leluasa masuk ke dalam persoalan pribadi kita maupun dan persolan dunia kita.

Maka pertanyaannya, persoalan apa yang sedang Anda hadapi saat ini? Pertanyaan berikutnya, apakah Anda sudah membuka diri dan membiarkan Tuhan Yesus masuk dan terlibat dalam persoalan Anda?

Majalah Utusan (November, 2017) menampilkan sharing pengalaman seorang calon dokter yang mengalami kesulitan saat menjalani pendidikan kepaniteraan klinik (koas). Ia harus memeriksa banyak pasien sambil mengingat teori-teori yang telah dia pelajari, dan membuat banyak laporan.

Saat mendapat giliran jaga, ia mesti berangkat pagi dan pulang baru keesokan harinya. Fisiknya yang agak lemah membuatnya mudah jatuh sakit. Pada saat kelelahan dan stres mencapai klimaks, dia memutuskan untuk berhenti koas.

Ketika ia menyampaikan keinginan ini kepada ibunya, sang ibu mengingatkan perjuangan dan prestasi yang telah ia raih selama S-1 kedokteran. Sang ibu pun menyarankan agar dia mohon kekuatan dari Tuhan dengan berdoa. Memang, selama ini dia sudah jarang berdoa.

Demikianlah, dia mulai berdoa demikian:

“Tuhan, jika Engkau mengizinkan saya untuk sampai di jenjang pendidikan ini tanpa hambatan yang bermakna, saya percaya bahwa memang inilah jalan yang Engkau berikan. Tetapi, saat ini saya sedang kesulitan, ya Tuhan. Saya lelah, jenuh, dan ingin berhenti dari kegiatan koas ini. Tetapi jika menjadi dokter memang adalah jalan yang Engkau berikan, mampukan saya untuk bisa menempuh pendidikan ini, setidaknya sampai saya lulus tepat waktu.”

Dengan bekal doa itu, dia menjalani koas seperti biasa. Meski ia tetap lelah dan jenuh, namun tak lagi terpikir olehnya untuk berhenti. Ia pun melaksanakan segala tugas koas dengan tekun dan teliti hingga tahapan ini selesai.

Setelah menjalani beberapa ujian lain lagi, akhirnya ia pun menjalani sumpah dokter. Ia menjadi dokter dengan predikat Lulusan Terbaik Kepaniteraaan Klinik.

Berikut ini refleksinya, “Meski saya hanya berharap dan berdoa untuk dapat lulus tepat waktu, tetapi Tuhan memberikan lebih. Pengalaman pribadi saya ini membuat saya semakin yakin, selama kita melibatkan Tuhan dalam segala tindakan dan disertai dengan usaha keras, maka semua akan berjalan baik. Bahkan lebih baik dari yang kita harapkan.”

Lewat Natal, Tuhan mewujudkan komitmen-Nya untuk terlibat dalam hidup kita, tinggal di antara kita.

Pertanyaannya: Apakah kita memberikan kesempatan kepada-Nya untuk berbuat sesuatu dalam hidup kita?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version