Home BERITA Nunc Dimittis

Nunc Dimittis

0
Biara La Grande Trappe di Normandie dan para rahib Trappist di Pertapaan Trappist Santa Maria Rawaseneng, Kabupaten Temanggung. (Ist)

Puncta 02.02.22
Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
Lukas 2: 22-40

PERNAH ikut doa Completorium di Pertapaan Rawaseneng? Completorium adalah rangkaian doa penutup pada malam hari setelah semua kegiatan rutin harian selesai.

Para rahib di Pertapaan Rawaseneng mengakhiri seluruh acara dengan ibadat penutup. Itulah ibadat Completorium.

Dalam keheningan malam nan syahdu, para rahib dengan jubah putih hitam dan penutup di kepala menyanyikan Kidung Simeon:

Sekarang, Tuhan, perkenankanlah hamba-Mu berpulang *
dalam damai sejahtera menurut sabda-Mu.
Sebab aku telah melihat keselamatan-Mu *
yang Kau sediakan di hadapan segala bangsa:
Cahaya untuk menerangi para bangsa, *
dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel.

Hati ikut larut dalam kepasrahan total kepada Tuhan saat Kidung Simeon itu dinyanyikan bersahut-sahutan.

Rasanya kita tenang berada di dalam dekapan Tuhan. Seperti seorang bayi yang aman dan tentram dalam gendongan ibu.

Kehangatan kasih ibu menjadi jaminan ketenangan sang anak. Tiada keinginan lain memasuki malam sunyi sepi di Rawaseneng kecuali berada dekat dalam pelukan Tuhan.

Pengalaman damai dan tentram itulah kiranya yang dialami oleh Simeon ketika melihat Yesus dipersembahkan di Bait Allah.

Simeon yang tak pernah meninggalkan Bait Allah hanya berhasrat melihat Sang Mesias yang dijanjikan.

Satu-satunya harapan paling dalam adalah berjumpa dengan Dia yang diurapi. Maka ketika Maria dan Yusuf membawa Anak itu ke Bait Allah, Simeon sangat bersukacita.

Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah.

Nunc dimittis servuum tuum, Domine, Sekarang Tuhan perkenankanlah hambamu berpulang dalam damai sejahtera.”

Itulah kidung pujian Simeon.

Tidak ada kebahagiaan paling sempurna kecuali mengalami persatuan dengan Allah yang dekat dan penuh kasih. Simeon mengalami hiburan rohani yang luar biasa.

Dia sedang mengalami konsolasi rohani “manunggaling kawula Gusti.” Mengalami bersatu dengan Gusti Allah.

Dalam kisah pewayangan, pengalaman konsolasi ini dialami oleh Bima saat dia berada di dalam tubuh Dewa Ruci.

Bima mengalami kehidupan yang damai dan tentram karena menyatu dengan Tuhan.

Simeon mengalami kesatuan dengan Allah yang menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus yang masuk ke Bait Suci.

“Mataku telah melihat keselamatan yang datang dari pada-Mu.”

Maka tidak ada hal lain yang membahagiakan Simeon kecuali boleh “berpulang dalam damai sejahtera.”

Apakah anda pernah mengalami konsolasi atau hiburan rohani mendalam yang membuat anda tidak punya keinginan lain kecuali hanya ingin bersatu dengan Tuhan?

Tak ada keinginan lain yang lebih membahagiakan selain hanya ada di hadirat-Nya.

Duduk termenung di Pantai Cemara,
Memandang ombak yang selalu setia.
Kasih Tuhan sungguh tiada tara,
Datang dan pergi laksana senja.

Cawas, Engkau dan aku satu….

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version