Rabu 1 November 2023.
- Why. 7:2-4,9-14.
- Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6.
- 1Yoh. 3:1-3.
- Mat. 5:1-12a.
KITA semua ingin menjadi orang kudus, namun apakah mungkin?
Kelihatannya susah sekali jika mengingat bahwa Orang Kudus itu selalu identik dengan orang yang selalu melakukan kebaikan dan kebenaran. Sedangkan kita sendiri tiap hari bisa jatuh dalam dosa?
Ketika menyebut kata “kudus”, rasanya seperti dalam khayalan saja. Sesuatu yang bisa diraih pada masa lampu dan tidak mungkin diraih oleh generasi saat ini.
Namun Paus Fransiskus, membantu kita untuk tetap optimis bahwa kita ini bisa menjadi orang kudus.
“Kekudusan Orang-orang Kudus tercermin tidak hanya dalam bagaimana mereka mengatasi pergumulan, tetapi juga oleh kemampuan mereka untuk menyalurkan sukacita yang datang karena dikasihi oleh Allah,” kata Paus Fransiskus.
“Kemampuan dan jasa kita bukanlah hal yang utama, melainkan kasih Tuhan yang tanpa syarat, bebas dan tanpa pamrih,” tegasnya.
“Saya bersyukur, karena memilih mengikuti keputusan hatiku,” kata seorang ibu.
“Menerima anak yang lahir dari jalan salah anakku, dari hubungan yang belum mestinya,” ujarnya.
“Jika saat itu saya tolak, dan abaikan, saya tidak melihat keindahan yang saat ini saya rasakan,” katanya.
“Anak yang hampir tidak bisa lahir ke dunia itu, kini sudah selesai kuliah dan wisuda,” lanjutnya.
“Keputusan saya untuk mengambil anak itu, banyak ditentang keluarga saya bahkan saya harus melepaskan pekerjaan,” paparnya.
“Namun justru pilihanku yang sulit dan berat itu membahagiakan hidupku kini,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
Kita diingatkan bahwa kebahagiaan yang sejati bukan masalah fisik atau materi, melainkan rohani.
Sumber kebahagiaan yang sejati itu berasal dari Tuhan. Dunia mungkin menawarkan kebahagian. Namun sifatnya sementara dan terbatas.
Menjadi orang yang berbahagia perlu mawas diri dan selalu mengevaluasi diri, apa atau siapa yang kita kejar dalam kehidupan ini.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah yang aku perjuangkan dalam kehidupan ini?